Rabu, 29 Januari 2014

Ideologi Dunia Ketiga

Ideologi Dunia Ketiga
Abstrak
Dewasa ini kita telah mengenal bermacam-macam ideologi, salah satunya adalah ideologi yang sempat dominan atau menguasai dunia ini, yaitu kapitalisme dan komunisme. Pada kesempatan ini, kami tidak menjelaskan tentang kedua ideologi itu, melainkan ideologi yang menolak kedua ideologi tersebut, yaitu ideologi dunia ketiga.
Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang di pakai oleh negara-negara dunia ketiga, yaitu negara-negara yang tidak condong kepada blok barat maupun timur, atau disebut juga negara-negara non blok atau di lingkungan akademis disebut Negara berkembang.
Mereka (Negara-negara berkembang tersebut) sedang mencoba mencari jalan ketiga yang bukan kapitalis dan bukan pula komunis. Kapitalisme ditolak karena para kapitalis adalah penguasa-penguasa kolonial atau telah mendominasi ekonomi. Komunisme ditolak karena otoriter dan karena banyak pemimpin dunia ketiga menolak konsep komunisme yang utama yaitu perjuangan kelas. Kedua ideologi tersebut ditolak karena Dunia Ketiga tidak ingin menjadi pion dalam pertarungan Timur-Barat dan karena ingin mengembangkan ekonomi mereka yang bebas dari kendali luar.
***
Ideologi adalah suatu konsep  yang paling sukar dipahami dalam ilmu-ilmu sosial secara keseluruhan. Istilah Ideologi diciptakan oleh filsuf Perancis Antoine Destutt de Tracy (1754-1836). Istilah tersebut untuk menyebut studi tentang asal mula, hakikat, perkembangan ide-ide manusia (Science of idea).
Ideologi politik adalah sekumpulan kepercayaan dan pemikiran empiris dan normatif yang relatif koheren dengan terfokusnya pada masalah-masalah hakikat manusia, proses sejarah dan pengaturan sosiopolitik.
Di dunia, ada beberapa ideologi besar yang dianut oleh banyak negara. Salah satu ideologi itu adalah ideologi dunia ketiga. Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang di pakai oleh negara-negara dunia ketiga, yaitu negara-negara yang tidak condong kepada blok barat maupun timur, atau disebut juga negara-negara non blok. Pada umumnya, negara-negara Dunia Ketiga bukanlah negara-negara industri atau yang maju dari segi teknologi seperti negara-negara OECD, dan karena itu di lingkungan akademis digunakanlah istilah yang lebih tepat secara politis, yaitu "negara berkembang".
***
Asal Mula Ideologi Dunia Ketiga
            Sejak perang dunia II, banyak negara, khususnya di belahan selatan mendapatkan kemerdekaan mereka dari penguasa kolonial. Selama periode ini, negara-negara lainnya yang telah sah merdeka selama bertahun-tahun mulai menunjukkan kemerdekaan ekonomi dari negara-negara yang telah mendominasi ekonomi mereka, selagi mencari dan sering juga mencapai pengendalian secara politis dan secara ekonomi, beberapa pemimpin juga mengusahakan suatu ideologi yang tidak akan mengidentifikasikan mereka baik dengan Timur ataupun Barat. Hal ini telah menimbulkan suatu perpisahan antara Utara (negara maju) dengan selatan (negara berkembang) dalam urusan-urusan dunia di samping perpisahan antara Timur (komunis) dan Barat (nonkomunis)
            Bangsa-bangsa yang baru merdeka ini dinamakan negara-negara sedang berkembang atau belakangan ini disebut sebagai dunia ketiga. Mereka sedang mencoba mencari jalan ketiga yang bukan kapitalis dan bukan pula komunis. Kapitalisme ditolak karena para kapitalis adalah penguasa-penguasa kolonial atau telah mendominasi ekonomi. Komunisme ditolak karena otoriter dan karena banyak pemimpin dunia ketiga menolak konsep komunisme yang utama yaitu perjuangan kelas. Kedua ideologi tersebut ditolak karena Dunia Ketiga tidak ingin menjadi pion dalam pertarungan Timur-Barat dan karena ingin mengembangkan ekonomi mereka yang bebas dari kendali luar.
            Fakta tunggal yang paling penting mengenai Dunia Ketiga adalah, bahwa mereka menderita kemiskinan yang sangat menyolok. Kemiskinan dalam bentuk yang hampir tidak dapat di bayangkan oleh masyarakat Barat.
Julius K. Nyerere
            Suatu ilustrasi yang baik mengenai gagasan yang mendasar dapat dijumpai dalam kata Shawili yang digunakan oleh Nyerere untuk sosialisme, yaitu ujamaa – kekeluargaan. Menurut Nyerere “Pondasi” dan tujuan sosialisme Afrika adalah keluarga luas”.[1]
NONBLOK
            Istilah netralisme telah digunakan tahun 1950-an untuk menggambarkan penolakan Dunia Ketiga terhadap kapitalisme dan komunisme dan untuk menggambarkan posisi yang diambil oleh Dunia Ketiga terhadap apa yang dinamakan perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Semenjak itu dunia semakin rumit, dan istilah nonblok telah menggantikan netralisme.
            Bahkan prinsip yang paling sentral dari ideologi Dunia Ketiga ini yaitu pemisahan dari konflik Timur dengan Barat semakin ditantang serius. Dewasa ini tidak semua Negara menyebut diri mereka sebagai nonblok adalah nonpartisipan dalam pertentangan Timur-Barat. Situasi ekonomi dunia dan memburuknya tingkat kemiskinan sampai tingkat yang tidak dapat ditolerir, bersama dengan keberhasilan sejumlah revolusi , baik yang didukung secara aktif oleh Soviet ataupun yang ditentang secara aktif oleh Amerika Serikat. Berarti bahwa ada beberapa Negara yang meskipun berusaha mempertahankan posisi nonblok mereka , mau tidak mau terpaksa lebih dekat ke blok Timur ketimbang sebelumnya.
            Kaum konservatif Amerika Serikat menyalahkan situasi ini sebagai kombinasi dari subversi komunis dengan kegagalan Amerika Serikat dalam membantu pemerintah-pemerintah yang mendukung kebijaksanaan Amerika Serikat. Kaum liberal mengatakan bahwa permasalahan timbul dari bantuan A.S terhadap diktatur sayap kanan yang telah mendorong kelompok oposisi mengadakan revolusi dan militer Uni Soviet. Tetapi tergantung pada kasus, argument ini mempunyai alasan.
            Namun demikian, bahkan Negara-negara Dunia Ketiga yang paling dekat dengan Timur ataupun Barat, ingin menghindarkan identifikasi yang lengkap dengan salah satu blok adikuasa ini. Sebagian besar dunia ketiga berusaha menghindari identifikasi , meskipun hal itu kurang jelas dibandingkan waktu yang lalu.
            Secara politis dan ekonomis hal itu berarti bahwa Negara-negara dunia ketiga akan bekerja sama dengan setiap bangsa bila cocok dengan mereka. Alasan kerja sama ini dapat kita lihat dengan jelas. Di satu pihak, pengalaman kolonial telah menimbulkan ketidakpercayaan terhadap banyak Negara. Kedua, persekutuan dengan salah satu blok membuat mereka menjadi sasaran bagi blok lainnya. Dan ketiga, mereka memiliki persamaan secara umum, khususnya kemiskinan dan perasaaan perlunya pembangunan, sehingga mereka tidak merasa senasib dengan bangsa-bangsa maju. Ini khususnya benar sekarang sehingga tumbuh keprihatinan terhadap lingkungan di Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Canada berbeda sekali dengan keinginan Negara-negara berkembang untuk mengembangkan industri mereka secepat dan semurah mungkin.
            Beberapa dunia ketiga kaya akan bahan baku yang diperlukan oleh ekonomi Negara industri. Karena telah terbiasa mendapatkan bahan baku yang murah dan tergantung sebagian besar pada persediaan tenaga yang murah terdapat di Negara dunia ketiga , maka Negara-negara barat  semakin ingin mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja yang murah tersebut untuk mereka gunakan. Negara-negara komunis mempunyai kebutuhan yang sama dan berharap mempengaruhi dunia ketiga. Pada asanya , dunia ketiga tidak akan menjadi arena pertarungan antara Timur dengan Barat. Inilah alasan lainnya bagi kebijaksanaan nonblok. Namun demikian hal ini juga menimbulkan masalah bagi Negara-negara Dunia Ketiga dalam upaya mereka untuk mengembangkan ekonomi mereka dan mengatasi kemisikinan mereka. Bila mereka berhasil melakukan hal itu, mereka akan menimbulkan masalah-masalah bagi Negara-negara Barat yang telah sangat tergantung pada bahan baku dan tenaga kerja murah.  
Komunisme di Dunia Ketiga
            Walaupun komunisme belum diterima oleh negara-negara berkembang, namun ia sering berfungsi sebagai sebuah model, khususnya bagi revolusioner-revolusioner Barat. Komunisme di dunia ketiga mempunyai dampak yang signifikan terhadap revolusioner barat. Sebagai contoh adalah Ho Chi Minh (1890- 1969) dan Ernesto Chi Guevara (1929-1967) yang dihormati oleh para revolusioner Barat. Mereka adalah lambang perjuangan menentang kapitalisme, imperialisme dan neokolonialisme Barat, dan mereka masih penting dalam arti ini. Di negara-negara lainnya komunisme diwakili oleh partai politik komunis atau gerakan perjuangan kemerdekaan nasional.
Konflik di Dunia Ketiga
            Di Dunia Ketiga tak satu pun konflik dewasa ini, sebenarnya kalau di tulis daftarnya tidak akan ada habisnya. Nikaragua, El Salvador, Namibia, Angola, Maroko, Chad, Libanon, Iran-Irak, Vietnam-Cina, Zimbabwe, dan daerah konflik lainnya , semuanya kelihatan tidak lebih mudah dipecahkan daripada di waktu yang lalu. Tampaknya tak satu pun akan memenangkan perang, atau kalaupun mereka mampu menang, itu hanyalah untuk sesaaat, dan tak satu pun kelihatannya mampu memcahkan konflik dalam negeri untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini benar sebagian karena berbagai pihak secara aktif di dukung oelh Timur maupun Barat. Karena pada dasarnya tidak ada ideologi yang murni tanpa ada sesuatu yang berdiri di belakang nama ideologi tersebut. Pemenang atas konflik yang berkepanjangan adalah sama berbahayanya bagi tatanan dunia. Yang menang ataupun yang kalah sama-sama rugi dalam konflik Timur-Barat dan dapat meningkatkan ketegangan-ketegangan di antara negara-negara besar. Konflik itu berbahaya , tetapi pengaruh konflik terhadap ketegangan Timur-Barat dapat dipahami. Kalah atau menang akan mengubah keseimbangan.
            Salah satunya faktor baru adalah meledaknya kembali keretakan yang telah berabad-abad dalam islam. Perang Iran-Irak adalah perang nasionalisme dan agama. Para muslim Iran menganut aliran Shiah berperang melawan para muslim Irak yang beraliran Sunni. Sekte Shiah lebih menekankan ketaatan kepada Al-Qur’an dibandingkan sebagian besar sekte Sunni. Akibatnya, di Barat , sekte Shiah kadang-kadang dinamakan fundamentalisme islam. Jadi konflik adalah mangenai sikap terhadap agama, bangsa, dan dunia modern.
            Situasi di dunia ketiga berbahaya. Suatu tindakan penyeimbang yang sangat cantik sedang dilakukan di berbagai negara dalam upaya untuk mengatasi keruntuhan ekonomi dan menghindari revolusi. Konflik Timur-Barat juga sedang diperankan di berbagai negara ini, dan bagi Utara, hal itu adalah bahaya yang paling besar, suatu situasi yang secara inheren tidak stabil dibuat lebih eksploitatif oleh keterlibatan pihak luar dalam ideologi mereka.
Dunia Ketiga Akhir-Akhir Ini
            Bagi dunia ketiga beberapa tahun terakhir ini adalah masa-masa kelanjutan dan intensifikasi masalah-masalah yang dijumpai pada dasa warsa sebelumnya. Beberapa negara dunia ketiga yang mengalami konflik serius banyak mengalami keruntuhan dalam sektor ekonomi. Gambaran ini memang tidak menyenangkan.
Contoh Ideologi Dunia Ketiga
Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran, dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Nasionalisme merupakan salah satu ideologi yang berpengaruh di Eropa pada akhir abad ke-18 sampai dengan awal abad ke-20 dan di Asia-Afrika pada abad ke-20. Dalam kurun waktu sepanjang dua abad, nasionalisme telah merepresentasikan diri sebagai ideologi yang berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa (nation-state) di ketiga belahan dunia tersebut. Dalam kajian-kajian tentang nasionalisme, titik tolak pembahasan terletak pada bangsa (nation). Berpijak dari konsep bangsa ini maka nasionalisme dapat dimengerti sebagai sebuah kesadaran nasional, ideologi politik dan gerakan politik yang mengarahkan suatu bangsa menuju pembentukan organisasi politik yang ideal yaitu negara-bangsa. Negara bangsa adalah konsep di mana negara terdiri dari satu bangsa, dan yang disebut bangsa di sini adalah rakyat yang berdaulat. Jadi konsep bangsa yang digunakan tidak lagi mengacu pada aspek primordial seperti kesatuan etnis, atau bahasa namun lebih pada aspek politis..
Pembentukan negara-bangsa - sebagai tujuan nasionalisme - mensyaratkan adanya pemahaman tentang bangsa dalam arti modern, yaitu bangsa di mana para anggotanya memiliki kesadaran bahwa mereka :
1) tinggal dalam teritori yang sama sehingga menimbulkan rasa memiliki negara yang sama, 2) memiliki identitas nasional yang terkristalisasi dari sejarah, bahasa dan budaya yang sama,  
3) merupakan anggota bangsa yang sama.
Ketiga hal ini merupakan aspek-aspek yang dapat mempersatukan rakyat yang terpisah secara geografis sekaligus menumbuhkan tanggung jawab politik bersama. Bangsa dalam arti modern, seperti telah disebut, dicirikan dengan adanya tanggung jawab politik bersama dari para anggotanya.
Dalam sejarah, pembangunan bangsa sebagai kesatuan politis dilatar belakangi oleh gagasan kedaulatan rakyat ( merupakan reaksi dari gagasan kedaulatan raja yang bercorak absolut). Gagasan kedaulatan rakyat inilah yang kemudian melahirkan sebuah kata kunci yaitu warga negara. Sebagai akibat dari lahirnya gagasan kedaulatan rakyat maka dalam konteks kenegaraan, negara dipahami sebagai tatanan politik yang melembagakan kehendak rakyat. Rakyat adalah subyek hukum, pihak yang memahami diri sebagai pembuat hukum itu sendiri. Selain itu, dengan adanya kesadaran dari rakyat bahwa mereka adalah warga negara, maka rakyat (yang juga) sebagai anggota bangsa akan melihat diri mereka sebagai kesatuan warga negara yang berhak menentukan pemerintahan sendiri. Jadi, dalam pengertian bangsa yang modern, terdapat hubungan yang erat antara bangsa, negara dan rakyat sebagai warga Negara. Adapun peran nasionalisme adalah sebagai ideologi yang mendorong kesadaran rakyat menjadi kesadaran nasional untuk menuju pembentukan negara-bangsa yang berdaulat. Untuk memahami nasionalisme di Eropa pada abad ke- 18- 20 dan di Asia - Afrika pada abad ke-20 maka dapat dijelaskan dari ideologi-ideologi lain yang mengiringi pemikiran nasionalisme di kawasan-kawasan tersebut. Di Eropa,
Perkembangan nasionalisme juga diiringi oleh ide-ide kedaulatan rakyat, liberalisme dan kapitalisme. Terkait dengan liberalisme, dalam paham ini kebebasan individu dijamin keberadaannya, sebagai akibatnya, tujuan negara dalam masyarakat yang liberal adalah untuk mempertahankan kebebasan, melindungi harta milik dan mewujudkan kebahagiaan individu.
Dengan demikian, ketika nasionalisme, liberalisme dan gagasan kedaulatan rakyat telah berhasil mentransformasi bangsa-bangsa di negara-negara Eropa (khususnya Eropa Barat) menjadi bangsa bercorak politis yang terdiri dari kesatuan warga negara, maka negara-bangsa tak lebih dari sarana untuk melindungi kepentingan-kepentingan individu-individu warga negara. Dampaknya dalam hubungan antar negara adalah, yang disebut kepentingan nasional sebenarnya tak lain dari kepentingan individu-individu atau warga negara, di mana negara berkewajiban untuk mewujudkannya. Bila tiap negara berkewajiban mewujudkan kepentingan nasional maka dalam hubungan internasional akan muncul benturan antar kepentingan nasional.
Nasionalisme dan liberalisme (dan kemudian diikuti oleh liberalisme dalam bidang ekonomi yaitu kapitalisme) yang berkembang di Eropa akhirnya mendorong intensitas konflik internasional yang dipicu oleh persaingan ekonomi disertai persaingan untuk melakukan ekspansi wilayah guna mendapat sumber bahan mentah. Tiap negara berlomba membangun imperium dengan memperluas wilayah-wilayah jajahan di kawasan Asia dan Afrika, sebagai contoh Inggris pada tahun 1870 – 1900 menguasai wilayah jajahan seluas 4.250.000 mil2, Perancis menguasasi 3.500.000 mil2 dan Jerman memiliki jajahan seluas + 1.000.000 mil2.
Nasionalisme dan kapitalisme di Eropa pada abad ke-18-19 telah melahirkan negara-bangsa yang kokoh dan dengan kekuatan negara ini pula, suatu bangsa dapat membangun koloni-koloni dan imperium. Semakin luas wilayah jajahan yang dimiliki maka semakin makmur suatu negara-bangsa. Sebaliknya, di Asia dan Afrika, kolonialisme dan imperialisme bangsa-bangsa Eropa (kemudian diikuti Jepang) telah menyadarkan rakyat pribumi untuk melawan.
Nasionalisme yang bercorak antikolonialisme dan antiimperialisme merupakan jiwa dari seluruh gerakan nasional untuk memerdekakan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Hasil perjuangan tersebut dapat dilihat dari data antara tahun 1945 sampai 1960, terdapat 55 wilayah jajahan yang merdeka dan membentuk negara-negara berdaulat. Pada abad ke-21 ini, nasionalisme tidak lagi menjadi isu sentral dalam masalah-masalah global. Namun demikian masih banyak negara yang harus menghadapi masalah-masalah kebangsaan yang bertumpu pada upaya persatuan bangsa (Nation Building) dan permasalahan ini umumnya terjadi di negara-negara yang terbentuk dari bangsa yang multietnis dan multikultural, sebagai contoh yang dapat ditampilkan di sini adalah kegagalan Uni Sovyet dan Yugoslavia dalam mambangun kesatuan bangsa dari keragaman etnis, yang akhirnya berujung pada pembubaran kedua negara tersebut. Selain itu negara-negara seperti Spanyol masih harus menghadapi gerakan separatis Basque. Sementara itu, negara-negara seperti Irak, Sri Lanka dan bahkan Indonesia masih harus terus berjuang menuju kesatuan bangsa ini.  
Hind Swaraj
Hind Swaraj adalah ideologi yang digagas oleh Mohandas Karamchand Gandhi (1869-1948).Hind Swaraj terdiri dari beberapa ide dasar yaitu nasionalisme humanistis, sarvodaya (kesejahteraan sosial), ekonomi khadi serta pemerintahan yang demokratis.
Nasionalisme humanistis Gandhi bertumpu pada ajaran ahimsa (prinsip menghormati kehidupan, dalam arti khusus adalah tidak melakukan tindakan kekerasan apalagi pembunuhan) dan satyagraha (prinsip kekuatan jiwa, cinta akan kebenaran. Sarvodaya (kesejahteraan untuk semua). Hind Swaraj juga meliputi ide tentang tatanan sosial-ekonomi yang ideal yakni kesejahteraan dan kesetaraan sosial bagi bangsa India. Ide tentang ekonomi khadi merupakan simbol kemandirian ekonomi dari ketergantungan impor dan simbol kebebasan dari eksploitasi sistem industri pabrik yang diyakini Gandhi dapat menimbulkan pengangguran di desa-desa. Ide Ramrajya (negara yang demokratis) dan Gram Swaraj (pemerintahan lokal berbasis desa), merupakan dua ide Gandhi tentang negara dan kedaulatan negara yang dicirikan oleh desentralisasi kekuasaan.
Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dikumandangkan pertama kali oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, saat sidang BPUPKI. Sejak pertama kali dikumandangkan, Pancasila diartikan sebagai ideologi (dalam arti weltanschauung), yang mencerminkan identitas, kepribadian bangsa sekaligus merupakan alat pemersatu seluruh bangsa untuk mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan.Pancasila dari akar kata berarti lima dasar, tepatnya adalah dasar bagi negara Indonesia yang merdeka.
Semenjak dikumandangkan pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila mengalami beberapakali perubahan urutan sila maupun kata. Adapun urutan dan kata-kata dalam Pancasila yang digunakan saat ini adalah seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD’45 yakni 1) Ketuhanan yang Maha Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, Pancasila dapat diterima sebagai ideologi nasional karena sifatnya yang menyatukan berbagai kelompok masyarakat, memberi arah dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi prosedur penyelesaian konflik (Surbakti, 1992, 48).
   Selain ketiga contoh ideologi di atas, masih banyak lagi bentuk-bentuk dari ideologi dunia ketiga tersebut, yang mayoritas berasal dari tiga kawasan, yaitu afrika, asia, dan amerika. Terbentuknya ideologi-ideologi politik di ketiga kawasan tersebut tidak lain merupakan bentuk reaksi kritis terhadap ideologi kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga unsur-unsur dalam ideologi-ideologi bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin ini sarat dengan ide-ide nasionalisme, antikolonialisme dan sangat menekankan ide keadilan sosial.
Kesimpulan :                                                                                      
Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang digunakan oleh negara-negara berkembang yang baru melepaskan diri dari kolonialisme atau juga disebut sebagai dunia ketiga. Negara-negara tersebut menolak sebuah kapitalisme ataupun sebuah komunisme. Mereka mulai mencari sendiri ideologi-ideologi baru yang akan mereka anut sebagai ideologi mereka kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA

Sargent, Lyman Tower. Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, Sebuah Analisis Komparatif. 1987. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. 2010. Jakarta: Penerbit PT Grasindo
Nyerere, Julius K. Ujamaa- Tha Basis of African Socialism. 1962. New York: Oxford University.





[1] Julius K. Nyerere, “Ujama- The Basis of African Socialism” (1962), dalam ujamaa- Essays on socialism (New York: Oxford University Press. 1968). Hlm. 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang..dan terimakasih.. :)