Jumat, 28 Februari 2014

Kisah Inspiratif, Persaudaraan


Dua bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Pada suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudara yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti, sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun dan tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya." Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing, sementara padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang, hingga suatu malam keduanya bertemu, dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan menyadari betapa beruntungnya mempunyai saudara.
***
Jangan biarkan harta, uang atau apapun yang bersifat materi merusak persaudaraan, justru pereratlah persaudaraan tanpa memusingkan harta.

Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi Bagi Jiwa

Sabtu, 08 Februari 2014

Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

Kemiskinan menjadi salah satu masalah kompleks di Indonesia karena menyangkut berbagai macam aspek yang lain seperti kesenjangan sosial, pengangguran, kriminal, juga kebodohan. Aspek paling parah yang diakibatkan dari kemiskinan adalah degradasi moral yang dialami oleh mereka yang miskin dan yang merasa miskin karena dengan rendahnya moral maka manusia akan kehilangan hakikatnya sebagai ciptaan Tuhan.
Sebenarnya kemiskinan memiliki sisi fungsional karena tanpa kemiskinan pasti tidak ada orang yang mau menjadi pemulung, buruh, ataupun tukang sampah namun banyak orang beranggapan bahwa kemiskinan harus dientaskan.
Oleh karena kompleksnya masalah ini, ada berbagai sudut pandang untuk menganalisis dan macam - macam pendekatan yang digunakan untuk mendapat pemahaman yang tepat dalam rangka memecahkan masalah kemiskinan ini. Namun sayangnya, belum ditemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini secara menyeluruh dan dari akar – akarnya.
Penyelesaian masalah kemiskinan, yang terjadi selama ini hanya terfokus pada permukaannya saja sehingga tidak terselesaikan secara tuntas. Seperti misalnya saja bantuan langsung tunai (BLT), sumbangan – sumbangan, juga bantuan sosial yang sifatnya hanya sementara saja. Hal ini tidak menyelesaikan permasalahan secara permanen, hanya sekadar penghiburan sementara untuk mereka. Bahkan cara ini dipandang hanya akan melanggengkan kemiskinan dan mengembangkan mental miskin karena ditanamkan budaya untuk selalu meminta – minta.
Di Indonesia sendiri, titik masalah bukan hanya terletak pada kemiskinan, namun juga tidak meratanya distribusi pendapatan yang mengakibtkan ketimpangn sosial. Walau pemerintah mengklaim perkembangan ekonomi banyak mengalami kemajuan namun perekonomian Indonesia tidak terlepas dari berbagai ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat. Ini berdampak pada tidak adanya manfaat kemajuan itu bagi masyarakat banyak di negeri ini.
Pertama, ketimpangan struktural antara sektor keuangan dan sektor riil. Ketimpangan ini menjadikan perekonomian tidak kokoh, yang setiap saat dapat terganggu oleh perubahan kondisi perekonomian global. Waktu dan tenaga terkuras untuk mengawal perekonomian nasional dari pengaruh gangguan perekonomian global. Pembangunan sektor riil yang merupakan pusat kehidupan perekonomian menjadi terlupakan. Itu berarti tidak ada pertambahan investasi riil dalam jumlah yang berarti. Tidak ada pula penambahan produk barang maupun jasa yang signifikan dan tidak ada penambahan lowongan kerja baru. Dengan demikian masalah pengangguran dan kemiskinan tetap merupakan masalah yang tak terselesaikan. 
            Kedua, ketimpangan pembangunan antar wilayah akibat terkonsentrasinya aktifitas ekonomi pada wilayah tertentu. Secara naional konsentrasi itu dapat terlihat, dimana kekuatan ekonomi Indonesia 58 persen berada di pulau Jawa, yang pulaunya lebih kecil dari pulau Sumatera maupun Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Pulau Sumatera menguasai 20 persen, Kalimantan 5 persen, sisanya berada di Sulawesi dan Irian dan pulau pulau di Indonesia timur. Akibatnya kepincangan pendapatan dan kesejahteraan pun terjadi.
Ketiga, ketimpangan kesempatan berusaha. Ketimpangan ini bisa terjadi antara perusahaan asing yang memiliki modal kuat, memiliki tenaga ahli dan teknologi tinggi dengan pengusaha nasional, yang pada dasarnya tidak memiliki keseimbangan  kekuatan dengan perusahaan asing. Demikian juga dengan kepincangan antara perusahaan kuat dengan perusahaan UKM di dalam negeri. Ketimpangan seperti ini juga akan menciptakan kepincangan dalam kesejahteraan dan menjadikan ekonomi tidak sehat. Akan terjadi saling menggusur dan persaingan yang tidak sehat. 

BAB II
ANALISIS KEMISKINAN DAN KETIPANGAN PEMBANGUNAN INDONESIA

1.       Pengertian Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan
        Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain. Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi,teknologi, dan modal. Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:
1.      Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan. Biasanya orang yang mengalami kemiskinan absolute adalah mereka yang cacat sehingga tidak bisa bekerja, orang jompo yang miskin, serta orang – orang yang tinggal di kawasan yang tandus dan sulitnya pekerjaan di daerah tersebut.
2.      Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3.      Hampir Miskin. Keadaan dimana orang – orang yang sebelumnya berkecukupan menjadi hampir miskin karena kondisi usahanya yang merosot.
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terusmenerus oleh sutau Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Kemiskinan dan ketimpangan pembangunan layaaknya satu unsur yang tak dapat di pisahkan. Kemiskinan ada di akibatkan karena adanya ketimpangan sosial dalam suatu Negara. Dimana sebagian besar pendapatan suatu neara hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang dan yang lainnya mendapat porsi yang kecil atau malah tidak mendapatkannya.

2.      Penyebab Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan di Indonesia
a.       Tingkat dan laju pertumbuhan output yang tidak seimbang
b.      Rendahnya tingkat upah neto
c.       Distribusi pendapatan yang tidak merata
d.      Kesempatan kerja lebih sedikit dibanding jumlah pekerjaan
e.       Tingginya tingkat inflasi
f.       Perbedaan mencolok alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan fasilitas umum antar daerah
g.       Bencana alam
h.      Penggunaan teknologi dan tingkat & jenis pendidikan yang terjadi secara mendadak
i.        Guncangan politik dan peperangan
j.        Terpusatnya kegiatan ekonomi hanya pada beberapa wilayah, misalnya : pembangunan hanya di pulau Jawa.
k.      Alokasi investasi yang tidak seimbang.

l.        Arus sirkulasi faktor produksi yang rendah antar daerah satu dengan lainnya.

3.      Akibat Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan Indonesia
a.                   Kemiskinan yang terjadi di semua sektor
b.                  Meningkatnya tingkat urbanisasi
c.                   Tingginya tingkat kriminalitas
d.                  Banyak nya bangunan liar dan pemukiman kumuh dikota
e.                   Kurangnya wawasan bagi penduduk daerah terpencil
f.                   Ketidakpercayaan masyarakt terhadap pemerintah
g.                  Munculnya organisasi-organisasi separatis
h.                  Dll                                                                                                                                  
4.      Solusi Untuk Kemiskinan dan Ketimpangan Pembangunan Indonesia
a.       Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan
Salah satu penyebab terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah karena adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam yang cukup besar antar daerah. Sementara itu, ketidak lancaran proses perdagangan dan mobilitas faktor produksi antar daerah juga turut mendorong terjadinya ketimpangan wilayah tersebut. Karena itu, kebijakan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan tersebut adalah dengan mempelancar mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah

b.      Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan
Untuk mengurangi kepentingan pembangun antar wilayah, kebijakan dan upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong pelaksanaan transmigrasi dan migrasi spontan. Transmigrasi adalah pemindahan penduduk ke daerah kurang berkembang dengan menggunakan fasilitas dan dukungan pemerintah. Sedangkan migrasi spontan adalah perpindahan penduduk yang dilakukan secara sukarela menggunakan biaya sendiri. Melalui proses transmigrasi dan migrasi spontan ini, kekurangan tenaga kerja yang dialami oleh daerah terbelakang akan dapat pula diatasi sehingga prosees pembangunan daerah bersangutan akan dapat pula digerakan.

c.       Pengembangan Pusat Pertumbuhan
Kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah melalui pengembangan pusat pertumbuhan. Kebijakan ini diperkirakan akan dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah karena pusat pertumbuhan tersebut menganut konsep  konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus. Aspek konsentrasi diperluka agar penyebaran kegiatan pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan masih terus mempertahankan tingkat efesiensi usaha yang sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha tersebut. Sedangkan aspek desentralisasi diperlukan agar penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi.

d.      Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian. Setengah dari penghasilan masyarakat petani miskin berasal dari usaha pendukung pertanian. Untuk meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak proses desentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi.
Usahawan pada saat ini harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengurus berbagai izin yang sebelumnya dapat mereka peroleh secara cuma-cuma. Belum lagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat local dan menurunkan harga jual yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.

e.       Melindungi Usaha – Usaha Kecil Menengah
Perdagangan bebas yang telah disepakati oleh Indonesia baik itu AFTA maupun tingkat regional sedikit banyak merugikan usaha kecil menengah terutama mereka yang kalah bersaing oleh produk – produk Cina yang murah – murah. Oleh karena itu pemerintah harus melindungi usaha ini karena jika UKM kalah bersaing maka dampaknya akan menambah pengangguran dan terutama kemiskinan.

f.       Pembenahan Birokrasi Pendirian Usaha
Birokrasi yang berbelit – belit seringkali membuat orang sulit mendirikan usaha, terlebih jika banyak pungutan sana – sini. Sebaiknya pemerintah mulai mengadakan perombakan birokrasi agar para usahawan lebih mudah mendirikan usahanya serta mengembangkannya.

g.      Pemberian Pelatihan dan Seminar yang Memadai untuk memberikan ketrampilan
Ketrampilan adalah modal utama untuk membuka usaha karena tanpa ijazah pun orang bisa membuka sebuah usaha jika memiliki ketrampilan untuk berdagang atau menjual ketrampilannya. Pelatihan ketrampilan dan seminar yang diadakan pihak swasta / pemerintah akan sangat membantu para usahawan untuk mengembangkan usahanya.

h.      Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya
Program seperti ini dapat menjadi cara yang efektif untuk menyediakan fasilitas jalan di pedesaan disamping sebagai bentuk perlindungan sosial. Untuk daerah yang terisolir, program ini bahkan dapat mengurangi biaya pembangunan. Proyek padat karya juga efektif memberdayakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap, namun proyek ini juga bukan merupakan solusi jangka panjang karena proyek padat karya yang ada sifatnya hanya memberikan pekerjaan sementara saja.

i.        Menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Kesenjangan fiskal antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah di daerah termiskin. Akibatnya pemerintah daerah yang miskin sering tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.

j.        Membangun lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberi manfaat pada penduduk miskin
Sekitar 50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapi program ini juga melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.

k.      Perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisi untuk sekolah menengah
Indonesia telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di Indonesia, yaitu buruknya kualitas pendidikan.

l.        Peningkatan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Hanya kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesiayang menjadi bagian dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitas limbah lokal tidak dibarengi dengan penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Akibatnya, penduduk miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Tempat tinggal mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah. Hal ini membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak produktif.

m.    Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan faktor penting untuk meningkatkan investasi dan produktifitas pertanian. Pemberian hak atas tanah juga membuka akses penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari aktifitas mereka. Sayangnya, hanya 25 persen pemilik tanah di pedesaan yang memilikibukti legal kepemilikan tanah mereka. Ini sangat jauh dari kondisi di Cina dan Vietnam, dimana sertifikat hak guna tanah dimiliki oleh hampir seluruh penduduk.

n.      Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan baik.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
·         Kemiskinan erat kaitannya dengan ketimpangan pembangunan di Indonesia, karena dengan tidak meratanya distribusi pendapatan masing-masing daerah dapat menyebabkan kemiskinan.
·         Kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor yang saling terpisah melainkan rangkaian permasalahan yang kompleks
·         Faktor-faktor penyebab kemiskinan dan ketimpangan social bukan hnya masalah pemerintah, namun juga masalah yang harus dipecahkan oleh masyarakat itu sendiri. Namun pemerintah harusnya membuat program-program penanggulangan kemiskinan  dan ketimpangan pembangunan yang tepat sasaran
·         Akibat yang ditimbulkan oleh adanya kemiskinan dan ketimpangan pembangunan membentuk keresahan sosial di berbagai aspek

PENDAPAT KELOMPOK :
1.      Kemiskinan bersifat relatif dan terkadang hanya di pengaruhi oleh pola pikir individu itu dalam menyikapi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan yang di akibatkan oleh ketimpangan pembangunan di Indonesia bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, melainkan tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Karena jika hal tersebut terus di biarkan, akan membentuk rantai permasalahan yang semakin kompleks.
2.      dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan lebih baik diawali dengan memperkuat ekonomi dibidang mikro karena dengan perekonomian mikro memberdayakan rakyat yang kurang mampu bisa mempunyai penghasilan. Dari sanalah awal yang baik untuk mengurangi kemiskinan. Dengan perekonomian masyrakat kelas bawah yang sudah hidup maka pembangunan didaerah tersebut bisa membaik dan mengurangi ketimpangan antara “si kaya“ dan “si miskin”.
3.      Kemiskinan menupakan masalah lama yang hingga saat ini belum bisa terselesaikan di Indonesia. Kondisi kemiskinan saat ini di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, non pemerintah dan semua lini masyarakat.
Dengan digalakkannya hal ini, kemungkinan kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
4.      ketimpangan sosial adalah masalah serius terutama didaerah berkembang seperti indonesia ini. Karena ketimpangan pembangunan adalah cikal bakal terbentuknya kemiskinan serta berbagai macam masalah sosial yang penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu pembangunan yang merata hendaknya harus segera terealisasikan.
5.      Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau harus meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar globalKemiskinan merupakan masalah yang tidak ada habis-habisnya di Negara ini,dalam hal ini memang kita harus tekun untuk menyelesaikan masalah ini, karena butuh kesabaran,pengorbanan, dan dedikasi tinggi untuk menyelesaikan masdalah ini. Dan hal pertama yang menurut saya harus di lakukan terlebih dahulu adalah,untuk mencerdaskan,dan mendewasakan masyarakat kita agar proses pemerintahan dan ekonomi kita dapat berjalan lancar, terkendali dengan pengawasan langsung dari masyarakat yang cerdas dan dewasa tersebut.
Sedangkan pada permasalahan ketimpangan pembangunan,  Menurut Hipotesa Neo-Klasik pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur – angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Berdasarkan hipotesa ini, dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa pada negara – negara sedang berkembang umumnya ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung lebih tinggi, sedangkan pada negara maju ketimpangan tersebut akan menjadi lebih rendah. Jadi melihat dari teori di atas maka apabila pemerintahan dan perekonomian kita berjalan lancar, maka kita sudah ada pada jalan yang benar menuju pembangunan yang merata.

6.      Ketimpangan sosial yang terjadi di indonesia terdii dari beberapa hal, dari beberapa hal itulah seharusnya kita mulai merubahnya sedikit demi sedikit. Mislkan pembangunan atau sektor industri yang terpusat di jawa dan bali adalah salah satu akibat dari ketimpangan sosial yang tidak merata yang pada akhirnya terdapatnya kemiskinan dimana – mana. Kecemburuan sosial akan pembangunan yang tidak merata pula menyebabkan berbagai gejolak yang akhirnya menimbulkan perpisahan dan setrusnya. Jadi dari banyak hal yang paling terutama adalah bagaimana cara kita dan pemerintah bekerja sama dalam mewujudkan keadilan sosial bagi semuanya, sehingga ketimpangan sosial dan kemiskinan bisa dikurangi.

Utilitarianisme John Stuart Mill

“Utilitarianisme”
John Stuart Mill
 ( Anatomi Teori )

Konteks sosial yang melatar belakangi

Dari latar belakang pribadi John Stuart Mill itu sendiri, sebenarnya dari awal ia telah mendapat pengaruh dari orang tuanya, terlebih sang ayah yang memang menyiapkan Mill untuk menjadi seorang filosof. Tapi selain itu ada suatu peristiwa pada tahun 1826 dimana Mill mengalami depresi intens selama berbulan-bulan walaupun ia tetap melakukan aktivitasnya dalam bidang politik dan karya-karyanya, yapi ia merasa semua itu tidak berharga. Hingga saat ia tersadar bahwa perasaannya telah semakin lemah karena terlalu banyak menerima pelatihan dari sang ayah. Ya, intelektualnya terdidik tetapi tidak dengan perasaannya. Dan dalam puisi Wordsworth ia akhirnya menemukan sesuatu yang dapat mengobati hal itu, dan depresinyapun mulai menghilang. Yang kemudian ia juga menelaah dari Gustave d'Eichtahl, Comte, dan John Sterling dalam perkembangan selanjutnya.

Pengaruh pemikiran atau teori

John Stuart Mill adalah murid dari seorang utilitarian ternama, Jeremy Bentham sehingga teori yang ia munculkan sangat di pengaruhi oleh teori utilitarian Bentham. Pemikiran utilitarian mill itu sendiri merupakan kelanjutan dari pemikiran utilitarian bentham. Poin persamaan antara bentham dan mill adalah bahwa keduanya mendasarkan kegiatan moral pada konsekunsi atau pengaruhnya. Bedanya, mill selain menyoroti kuantitas juga menyoroti masalah kualitas kebahagiaan atau kesenangan tersebut. Sedangkan, dalam pemikiran bentham, yang dipentingkan hanyalah kuantitas dari kesenangan. Mill menganggap bahwa utilitarianisme juga mengandung unsur keadilan, dimana kebahagiaan tidak diartikan semata milik pribadi, namun untuk semua orang, maka dari sana memunculkan konsepsi moral bahwa utilitarianisme merupakan universalisme etis, bukan egoisme etis nikmat ruhani menurutnya lebih mulia daripada nikmat jasmani,dll. ”Lebih baik menjadi manusia yang tidak puas daripada babi yang puas; lebih baik menjadi Sokrates yang tidak puas daripada seorang tolol yang puas”(Mikael dua,2008). Disana Mill sedang mengajak seluruh masyarakat bahwa untuk mencapai suatu kebahagiaan tidaklah cukup dari akumulasi kebahagiaan orang banyak, melainkan unsur kebahagiaan individu pun melekat disana, selain itu akan memunculkan suatu kondisi kepedulian antar sesama dengan dihidupkannya suara hati seseorang.
Selain itu, perbedaan yang lainnya adalah unsure intriksi yang diperhitungkan dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya saja berbuat curang dalam suatu kompetisi untuk memperoleh suatu kemenangan. Dalam pandangan Bentham, secara instrumental berbuat curang dan memperoleh suatu kemenangan adalah suatu kesenangan sehingga tidak masalah di lakukan. Akan tetapi menurut Mill hal ini bukanlah hal yang sebaiknya dilakukan. “…utilitarians will want to instill a sense of a veracity in the population since truth telling is generally productive of happiness” ( Cottingham, 1996, 387 ) Utilitarianisme Mill akan mempertahankan kejujuran dalam masyarakat, karena berkata jujur merupakan hasil dari kebahagiaan masyarakat.
 Selain itu, Dalam hal pemikirannya mengenai ekonomi, Mill dipengaruhi oleh Thomas Robert Malthus, dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan tekanan jumlah penduduk dengan sumber yang tetap. Mill seorang utilitarian yang mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih luas dari itu, dan Mill pun memperkenalkan sebuah konsep kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf utilitarian kurang menyentuh hal tersebut. Menurut Mill tentunya berbeda terkait kebahagiaan individu dengan kebahagiaan umum. Suara hati menjadi dasar moralitas kaum utilitarian, sehingga akan menimbulkan implikasi didalam kehidupan sehari-hari terkait hubungannya dengan orang lain, dan disanalah eksistensi sebagai makhluk sosial menjadi nyata.
Mill juga sejalan dengan Adam Smith yang hidup lebih awal darinya, dalam hal ini mengenai ide pembagian kerja menurut Smith, namun Mill memasukkkan unsur lain didalamnya yakni peran wanita sebagai kondisi yang memungkinkan terjadinya pembagian kerja yang riil. Kalau dalam Adam Smith dikenal istilah ‘the right man in the right place’, maka Mill menambahnya dengan ‘the right women’. Dalam kesempatan tadi, Mill mencoba menambahkan unsur moralitas didalam produksi, namun tidak terhenti disana saja. Mill mencoba untuk memasukkan ini dalam suatu kondisi ekonomi yang stagnan, dimana Mill menemukan alasan terjadinya stagnan tersebut pada buku The Princlpes of Economy and Taxation, milik David Ricardo, seorang pemikir ekonomi, yang cukup berpengaruh.

Latar belakang pribadi

John Stuart Mill (lahir di Pentonville, London, Inggris, 20 Mei 1806 – meninggal di Avignon, Perancis, 8 Mei 1873 pada umur 66 tahun) adalah seorang filsuf empiris dari Inggris. Ia juga dikenal sebagai reformator dari utilitarianisme sosial. Ayahnya, James Mill, adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia mempelajari psikologi, yang merupakan inti filsafat Mill, dari ayahnya sedangkan sang ibu bernama Harriet Barrow  Sejak kecil, ia mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pada usia 20 tahun, ia pergi ke Perancis untuk mempelajari bahasa, kimia, dan matematika. Mill menikah dengan Harriet Taylor pada 1830, dimana sang istri inilah yang memberi konstribusi banyak pada Mill di sisa hidupnya terhadap moral dan intelektualnya. Di lingkungan kerja, Mill bekerja di east india company dan examiner of india correspondence.

Pertanyaan teoritis yang di ajukan

Dalam hal ini, John Stuart Mill mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih luas dari itu.
Kata kunci dan proposisi
Kata kunci yang mungkin ada pada gagasan John Stuart Mill adalah Kebahagiaan bersama dan moral.

Paradigma yang digunakan

Menurut saya, paradigma yang digunakan oleh Mill adalah paradigm Kritis yang diiringi dengan konstruktif, dimana selain mengkritisi teori yang telah ada sebelumnya (Bentham), ia juga mengkontsruk teori baru dari realita-realita yang ada.

Bias nilai, kepentingan ekonomi-politik

Dalam hal ini, lebih menekankan pada segi ekonomi dimana pada saat itu, system pasar bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris sehingga kebahagiaan bersama kurang dirasa, sehingga Mill memasukan nilai-nilai moralitas di dalamnya untuk mengatasi hal itu.

Lingkup realitas sosial

Lingkup realitas dalam hal ini menurut saya adalah makro, disamping mengkaji kebahagiaan individu atau kelompok, hal itupun berdampak pada struktur masyarakat dan hukum-hukum yang ada.

State of the arts

Utilitarianisme sudah lama muncul dalam sejarah filsafat. Pada masa tunani dikenal epikurus yang membahas masakah hedonism. Menurut epikurus, sebuah tindakan haruslah mengarah pada kesenangan dan menghindari kesengsaraan. Akan tettapi hal itu hanyalah mengarah pada selfishness, yang mengutamakan kepentingan pribadi saja, sehingga tidak bisa dikatakan sebagai utilitarianisme yang sebenarnya.
Pemikiran sistematis tentang utilitarian pertama kali dikenalkan oleh Jeremy bentham, yang kemudian ia di juluki sebagai bapak utilitarian. Pemikiran Bentham menekannkan bahwa manusia secara aamiah ditentukan oleh dua hal yaitu kesenangan dan kesengsaraan. Secara alamiah manusia cenderung untuk mencari kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan, dua hal itu mempengaruhi setiap tindakan dan pikiran manusia. Suatu tindakan dinilai baik apabila mengarah pada kesenangan dan dinilai buruk apabila mengarah kepada kesengsaraan. Tindakan yang diterima adlah tindakan yang tindakan yang meningkatkan kesenangan dan menjauhi atau mengurangi kesengsaraan.
Benthan dipengaruhi oleh hume dalam melihat kesenangan sebagai ukuran atau standar nilai moral. Lebih lanjut, bentham melihat bahwa suatu tindakan dikatakan benar secara moral tergantung kepada konsekuensi yang dihasilkannya. Yang baik adalah kesenangan dan yang buruk adalah rasa sakit, sehingga kita akan bertindak untuk meningkatkan kesengangan dan mengurangi rasa sakit. Kebaikan dalam pemikiran bentham hanya bersifat instrumental, kebaikan hanya dilihat secara instrumental saja, tidak mempertimbangkan nilai intriksinya. Kebaikan hanya aemata-mata merupakan kebahagian sebanyak mungkin orang, hanya secara instrumental. Maka apabila ada kasus penyiksaan sekelompok orang terhadap satu orang korban maka pemikiran bentham ini aka menuai banyak problem karena kebahagiaan sebanyak orang terdapat pada kelompok penyiksa sedangkan unsure intriksi atau secara hakekat tindakan mereka salah. Sehingga pemikiraqn bentham ini masih kurang jelas dalam menjelaskan nilai dari kesenangan itu sendiri.
Selanjutnya pemikiran itu dilanjutkan oleh John Stuart Mill, murid bentham sendiri. Poin persamaan antara bentham dan mill adalah bahwa keduanya mendasarkan kegiatan moral pada konsekunsi atau pengaruhnya. Bedanya, mill selain menyoroti kuantitas juga menyoroti masalah kualitas kebahagiaan atau kesenangan tersebut. Sedangkan, dalam pemikiran bentham, yang dipentingkan hanyalah kuantitas dari kesenangan. Tetapi kenyataannya terdpat suatu kesenangan yang lebih tinggi daripada kesenangan yang lain, jadi kesenangan tersebut memil;iki tingkatan-tingkatan sendiri, yang membuat kesenangan itu memiliki kualitas secara tersendiri. Menurut Mill, siapa yang memiliki pengakaman atas setiap kesenangan adalah yang memungkinkan kesenangan paling tinggi. Oleh karena itu kebahagiaan terbesar dalam pemikiran Mill adalah kebaikan atas semua orang. Dengan demikian maka pihak yang kesenangannya tidak sesuai dengan general happiness mau tidak mau harus menerima general happiness tersebut sekalipun hal itu tidak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Poin perbedaan selanjutnya adlah adanya unsure intriksi yang diperhitungkan dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya saja berbuat curang dalam suatu kompetisi untuk memperoleh suatu kemenangan. Dalam pandangan Bentham, secara instrumental berbuat curang dan memperoleh suatu kemenangan adalah suatu kesenangan sehingga tidak masalah di lakukan. Akan tetapi menurut Mill hal ini bukanlah hal yang sebaiknya dilakukan. “…utilitarians will want to instill a sense of a veracity in the population since truth telling is generally productive of happiness” ( Cottingham, 1996, 387 ) Utilitarianisme Mill akan mempertahankan kejujuran dalam masyarakat, karena berkata jujur merupakan hasil dari kebahagiaan masyarakat.
Selanjutnya utilitarian yang di kembangkan oleh peter singer, ia mengedepankan prinsip yang berbeda dengan prinsip utilitarian klasik, dimana dalam utilitarian klasik suatu tindakan diperhitungkan berdasarkan hasil atau konsekuensinya terbaiknya bagi setiap interest yang bersangkutan. Bagi singer, utilitarianme adalah berdasarkan oleh pertimbangan interest. Setiap mahluk secara alamiah pasti memiliki self-interestnya msing-masing seperti individual rights, justice, freedom, dan sebagainya. Sehingga dalam decision making kita harus meuniversalkan interest kita dan mempertimbangkan secara sama interest setiap mahluk hidup.

Daftar pustaka


lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312926-S43171...1 Mei 2013

Selamat Datang..dan terimakasih.. :)