Debat Capres 2014 Putaran Kedua
(15 juni 2014)
by Huda Candra, mahsiswa ilmu politik, universitas brawijaya
Oke, kali ini saya ingin membahas tentang debat capres kedua
pada tanggal 15 juli kemarin.
Tidak akan saya jelaskan
panjang lebar tentang mekanisme dan siapa yang menang dalam debat kemarin itu,
saya hanya akan membahas dari perspektif saya pribadi dalam melihat jalannya
debat capres yang menghadirkan saudara joko widodo dan prabowo subianto.
Oke, jika melihat
jalannya debat, maka di sesi awal saat penjabaran visi dan misi, maka prabowo
subianto lah yang lebih unggul dengan ide besarnya dan pandangannya kedepan
ketimbang joko widodo yang lebih memaparkan ke hal yang lebih aplikatifnya.
Sesi berikutnya adalah
pertanyaan dari moderator kepada kedua belah capres yang saya anggap mereka
berdua baik joko widodo ataupun prabowo subianto dapat menjawabnya dengan kekhasan
mereka masing-masing.
Lalu pada sesi tanya
jawab, dan juga tanggapan guna mengkerucutkan pada visi misi, disini saya lihat
joko widodo lebih unggul karena prabowo subiantoi sempat selip saat di tanya
perihal TPID ( tim pemantau & pengendali investasi daerah) yang membuat
prabowo subianto bingung dan kurang panjang lebar dalam menjawabnya.
Dan sesi penutup yg di
isi dengan statement penutup dari kedua belah pihak capres baik joko widodo
maupun prabowo subianto yang tidak jauh beda dengan debat pada putaran pertama
joko widodo masih dengan kegugupan dan sedikit buaian kampanyenya ia selipkan
pada statementnya sedangkan prabowo subianto dengan artikulasi yg jelas dan
tegas menyaampaikan ide besarnya untuk perekonomian rakyat.
Dari debat semalam, saya
menilai dari segi dialektika capres no urut 2 joko widodo lebih unggul
dibanding capres no urut 1 prabowo subianto, karena di debat semalam jokowi
sapaan akrab joko widodo lebih berani menyerang prabowo subianto dengan
pertanyaan” mikronya seperti pertanyaannya dengan TPID nya yg belum tentu
bahkan hampir semua orang tidak tau apa itu TPID.
Terlihat disini jokowi
berusaha untuk mengungguli prabowo subianto dengan pertanyaan”nya yg mengarah
ke hal” yg mikro(kecil) agar prabowo kesulitan dalam menjawabnya, dan saya rasa
ia cukup berhasil.
Sedangkan prabowo tidak
terlihat ingin mengungguli jokowi dan hanya menanyakan tentang permasalahan
global bangsa ini, yg seakan-akan ia hanya ingin bertukar ide dengan jokowi.
Tapi saya secara pribadi
sedikit menyesali dengan ekspresi joko widodo sendiri yang seakan meremehkan
atu menyepelehkan pesaingnya prabowo subianto, dengan bibirnya yagn ia tarik ke
atas seakan” meremehkan pendapat” bapak
prabowo subianto, berbeda dengan gestur bapak prabowo yang terlihat cermat
memperhatikan pendapat bapak jokowi dengan di iringi anggukan anggukan tanda ia
setuju dan ia akhiri dengan tepuk tangan sebagi tanda menghargai pesaingnya.
Disana terlihat jelas
bagaimana jokowi dan prabowo seakan murid dan gurunya, dimana murid yang dengan
sombong merasa lebih hebat dari gurunya, bersikap meremehkan sang guru dan
berusaha menunjukkan ia lebih baik dari sang guru, bahkan tidak menghargai
pendapat sang guru karena ia merasa pendapatnya lebih baik.
Sedangkan prabowo seakan menjadi guru yang
dengan sabar mendengar apa kemauan dan pendapat sang murid tanpa berusaha
mengungguli sang murid karena ia tau ia telah unggul dan lebih mengarah untuk
menyerap ide baru sang murid untuk menambah keilmuannya dengan tetap menghargai
segala yang telah di ucapkan oleh murid tersebut.
“Pemimpin tidaklah
dinilai dari pengetahuannya saja, tetapi juga dengan kepribadiannya.”
“Saat politik
mulai berbalut topeng dan pencitraan, maka apalagi yang bisa kita harapkan ?”
“Jika hanya
berlandaskan pada pengetahuan yang ada, maka setiap kutu buku dengan moral dan
kepribadian yg rendah, layak menjadi pemimpin bangsa”
Bahasa tubuh acap kali
tidak pintar berbohong, dan bahasa tubuh lebih bisa di percaya dari pada janji
manis para elit politik, maka saran saya coba mulai sekarang kita juga mulai
membaca bahasa tubuh para capres kita, sehingga kita tau apakah dia memang seorang
ksatria atau ternyata ia hanya seorang aktor yg menurut apa kata sutradara ?