“Utilitarianisme”
John
Stuart Mill
( Anatomi Teori )
Konteks
sosial yang melatar belakangi
Dari
latar belakang pribadi John Stuart Mill itu sendiri, sebenarnya dari awal ia
telah mendapat pengaruh dari orang tuanya, terlebih sang ayah yang memang
menyiapkan Mill untuk menjadi seorang filosof. Tapi selain itu ada suatu
peristiwa pada tahun 1826 dimana Mill mengalami depresi intens selama
berbulan-bulan walaupun ia tetap melakukan aktivitasnya dalam bidang politik
dan karya-karyanya, yapi ia merasa semua itu tidak berharga. Hingga saat ia
tersadar bahwa perasaannya telah semakin lemah karena terlalu banyak menerima
pelatihan dari sang ayah. Ya, intelektualnya terdidik tetapi tidak dengan
perasaannya. Dan dalam puisi Wordsworth ia akhirnya menemukan sesuatu yang
dapat mengobati hal itu, dan depresinyapun mulai menghilang. Yang kemudian ia
juga menelaah dari Gustave d'Eichtahl, Comte, dan John Sterling dalam
perkembangan selanjutnya.
Pengaruh
pemikiran atau teori
John
Stuart Mill adalah murid dari seorang utilitarian ternama, Jeremy Bentham
sehingga teori yang ia munculkan sangat di pengaruhi oleh teori utilitarian
Bentham. Pemikiran utilitarian mill itu sendiri merupakan kelanjutan dari
pemikiran utilitarian bentham. Poin persamaan antara bentham dan mill adalah
bahwa keduanya mendasarkan kegiatan moral pada konsekunsi atau pengaruhnya.
Bedanya, mill selain menyoroti kuantitas juga menyoroti masalah kualitas
kebahagiaan atau kesenangan tersebut. Sedangkan, dalam pemikiran bentham, yang
dipentingkan hanyalah kuantitas dari kesenangan. Mill menganggap bahwa
utilitarianisme juga mengandung unsur keadilan, dimana kebahagiaan tidak
diartikan semata milik pribadi, namun untuk semua orang, maka dari sana
memunculkan konsepsi moral bahwa utilitarianisme merupakan universalisme etis,
bukan egoisme etis nikmat ruhani menurutnya lebih mulia daripada nikmat jasmani,dll.
”Lebih baik menjadi manusia yang tidak puas daripada babi yang puas; lebih baik
menjadi Sokrates yang tidak puas daripada seorang tolol yang puas”(Mikael
dua,2008). Disana Mill sedang mengajak seluruh masyarakat bahwa untuk mencapai
suatu kebahagiaan tidaklah cukup dari akumulasi kebahagiaan orang banyak,
melainkan unsur kebahagiaan individu pun melekat disana, selain itu akan
memunculkan suatu kondisi kepedulian antar sesama dengan dihidupkannya suara
hati seseorang.
Selain
itu, perbedaan yang lainnya adalah unsure intriksi yang diperhitungkan dalam
melakukan suatu tindakan. Misalnya saja berbuat curang dalam suatu kompetisi
untuk memperoleh suatu kemenangan. Dalam pandangan Bentham, secara instrumental
berbuat curang dan memperoleh suatu kemenangan adalah suatu kesenangan sehingga
tidak masalah di lakukan. Akan tetapi menurut Mill hal ini bukanlah hal yang
sebaiknya dilakukan. “…utilitarians will
want to instill a sense of a veracity in the population since truth telling is
generally productive of happiness” ( Cottingham, 1996, 387 )
Utilitarianisme Mill akan mempertahankan kejujuran dalam masyarakat, karena
berkata jujur merupakan hasil dari kebahagiaan masyarakat.
Selain itu, Dalam hal pemikirannya mengenai
ekonomi, Mill dipengaruhi oleh Thomas Robert Malthus,
dimana pertumbuhan ekonomi selalu diliputi dengan tekanan jumlah penduduk
dengan sumber yang tetap. Mill seorang utilitarian yang mencoba untuk memahami kebahagiaan
secara lain, dimana menurutnya kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik,
melainkan lebih luas dari itu, dan Mill pun memperkenalkan sebuah konsep
kebahagiaan individu, yang sebelumnya, para filsuf utilitarian kurang menyentuh
hal tersebut. Menurut Mill tentunya berbeda terkait kebahagiaan individu dengan
kebahagiaan umum. Suara hati menjadi dasar moralitas kaum utilitarian, sehingga
akan menimbulkan implikasi didalam kehidupan sehari-hari terkait hubungannya
dengan orang lain, dan disanalah eksistensi sebagai makhluk sosial menjadi
nyata.
Mill
juga sejalan dengan Adam Smith yang hidup lebih awal darinya, dalam hal ini
mengenai ide pembagian kerja menurut Smith, namun Mill memasukkkan unsur lain
didalamnya yakni peran wanita sebagai kondisi yang memungkinkan terjadinya
pembagian kerja yang riil. Kalau dalam Adam Smith dikenal istilah ‘the right
man in the right place’, maka Mill menambahnya dengan ‘the right women’. Dalam
kesempatan tadi, Mill mencoba menambahkan unsur moralitas didalam produksi,
namun tidak terhenti disana saja. Mill mencoba untuk memasukkan ini dalam suatu
kondisi ekonomi yang stagnan, dimana Mill menemukan alasan terjadinya stagnan
tersebut pada buku The Princlpes of Economy and Taxation, milik David Ricardo,
seorang pemikir ekonomi, yang cukup berpengaruh.
Latar
belakang pribadi
John
Stuart Mill (lahir di Pentonville, London, Inggris, 20 Mei 1806 – meninggal di
Avignon, Perancis, 8 Mei 1873 pada umur 66 tahun) adalah seorang filsuf empiris
dari Inggris. Ia juga dikenal sebagai reformator dari utilitarianisme sosial.
Ayahnya, James Mill, adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia mempelajari
psikologi, yang merupakan inti filsafat Mill, dari ayahnya sedangkan sang ibu
bernama Harriet Barrow Sejak kecil, ia
mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pada usia 20 tahun, ia pergi ke
Perancis untuk mempelajari bahasa, kimia, dan matematika. Mill menikah dengan
Harriet Taylor pada 1830, dimana sang istri inilah yang memberi konstribusi
banyak pada Mill di sisa hidupnya terhadap moral dan intelektualnya. Di
lingkungan kerja, Mill bekerja di east india company dan examiner of india
correspondence.
Pertanyaan
teoritis yang di ajukan
Dalam
hal ini, John Stuart Mill mencoba untuk memahami kebahagiaan secara lain,
dimana menurutnya kebahagiaan, bukanlah semata bersifat fisik, melainkan lebih
luas dari itu.
Kata
kunci dan proposisi
Kata
kunci yang mungkin ada pada gagasan John Stuart Mill adalah Kebahagiaan bersama
dan moral.
Paradigma
yang digunakan
Menurut
saya, paradigma yang digunakan oleh Mill adalah paradigm Kritis yang diiringi
dengan konstruktif, dimana selain mengkritisi teori yang telah ada sebelumnya
(Bentham), ia juga mengkontsruk teori baru dari realita-realita yang ada.
Bias
nilai, kepentingan ekonomi-politik
Dalam
hal ini, lebih menekankan pada segi ekonomi dimana pada saat itu, system pasar
bebas yang cenderung bersikap egoisme sentris sehingga kebahagiaan bersama
kurang dirasa, sehingga Mill memasukan nilai-nilai moralitas di dalamnya untuk
mengatasi hal itu.
Lingkup
realitas sosial
Lingkup
realitas dalam hal ini menurut saya adalah makro, disamping mengkaji
kebahagiaan individu atau kelompok, hal itupun berdampak pada struktur
masyarakat dan hukum-hukum yang ada.
State
of the arts
Utilitarianisme
sudah lama muncul dalam sejarah filsafat. Pada masa tunani dikenal epikurus
yang membahas masakah hedonism. Menurut epikurus, sebuah tindakan haruslah
mengarah pada kesenangan dan menghindari kesengsaraan. Akan tettapi hal itu
hanyalah mengarah pada selfishness, yang mengutamakan kepentingan pribadi saja,
sehingga tidak bisa dikatakan sebagai utilitarianisme yang sebenarnya.
Pemikiran
sistematis tentang utilitarian pertama kali dikenalkan oleh Jeremy bentham,
yang kemudian ia di juluki sebagai bapak utilitarian. Pemikiran Bentham
menekannkan bahwa manusia secara aamiah ditentukan oleh dua hal yaitu
kesenangan dan kesengsaraan. Secara alamiah manusia cenderung untuk mencari
kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan, dua hal itu mempengaruhi setiap
tindakan dan pikiran manusia. Suatu tindakan dinilai baik apabila mengarah pada
kesenangan dan dinilai buruk apabila mengarah kepada kesengsaraan. Tindakan
yang diterima adlah tindakan yang tindakan yang meningkatkan kesenangan dan
menjauhi atau mengurangi kesengsaraan.
Benthan
dipengaruhi oleh hume dalam melihat kesenangan sebagai ukuran atau standar
nilai moral. Lebih lanjut, bentham melihat bahwa suatu tindakan dikatakan benar
secara moral tergantung kepada konsekuensi yang dihasilkannya. Yang baik adalah
kesenangan dan yang buruk adalah rasa sakit, sehingga kita akan bertindak untuk
meningkatkan kesengangan dan mengurangi rasa sakit. Kebaikan dalam pemikiran
bentham hanya bersifat instrumental, kebaikan hanya dilihat secara instrumental
saja, tidak mempertimbangkan nilai intriksinya. Kebaikan hanya aemata-mata
merupakan kebahagian sebanyak mungkin orang, hanya secara instrumental. Maka
apabila ada kasus penyiksaan sekelompok orang terhadap satu orang korban maka
pemikiran bentham ini aka menuai banyak problem karena kebahagiaan sebanyak
orang terdapat pada kelompok penyiksa sedangkan unsure intriksi atau secara
hakekat tindakan mereka salah. Sehingga pemikiraqn bentham ini masih kurang
jelas dalam menjelaskan nilai dari kesenangan itu sendiri.
Selanjutnya
pemikiran itu dilanjutkan oleh John Stuart Mill, murid bentham sendiri. Poin
persamaan antara bentham dan mill adalah bahwa keduanya mendasarkan kegiatan
moral pada konsekunsi atau pengaruhnya. Bedanya, mill selain menyoroti
kuantitas juga menyoroti masalah kualitas kebahagiaan atau kesenangan tersebut.
Sedangkan, dalam pemikiran bentham, yang dipentingkan hanyalah kuantitas dari
kesenangan. Tetapi kenyataannya terdpat suatu kesenangan yang lebih tinggi
daripada kesenangan yang lain, jadi kesenangan tersebut memil;iki tingkatan-tingkatan
sendiri, yang membuat kesenangan itu memiliki kualitas secara tersendiri.
Menurut Mill, siapa yang memiliki pengakaman atas setiap kesenangan adalah yang
memungkinkan kesenangan paling tinggi. Oleh karena itu kebahagiaan terbesar
dalam pemikiran Mill adalah kebaikan atas semua orang. Dengan demikian maka
pihak yang kesenangannya tidak sesuai dengan general happiness mau tidak mau
harus menerima general happiness tersebut sekalipun hal itu tidak sesuai dengan
keinginannya sendiri.
Poin
perbedaan selanjutnya adlah adanya unsure intriksi yang diperhitungkan dalam
melakukan suatu tindakan. Misalnya saja berbuat curang dalam suatu kompetisi
untuk memperoleh suatu kemenangan. Dalam pandangan Bentham, secara instrumental
berbuat curang dan memperoleh suatu kemenangan adalah suatu kesenangan sehingga
tidak masalah di lakukan. Akan tetapi menurut Mill hal ini bukanlah hal yang
sebaiknya dilakukan. “…utilitarians will
want to instill a sense of a veracity in the population since truth telling is
generally productive of happiness” ( Cottingham, 1996, 387 )
Utilitarianisme Mill akan mempertahankan kejujuran dalam masyarakat, karena
berkata jujur merupakan hasil dari kebahagiaan masyarakat.
Selanjutnya
utilitarian yang di kembangkan oleh peter singer, ia mengedepankan prinsip yang
berbeda dengan prinsip utilitarian klasik, dimana dalam utilitarian klasik
suatu tindakan diperhitungkan berdasarkan hasil atau konsekuensinya terbaiknya
bagi setiap interest yang bersangkutan. Bagi singer, utilitarianme adalah
berdasarkan oleh pertimbangan interest. Setiap mahluk secara alamiah pasti
memiliki self-interestnya msing-masing seperti individual rights, justice,
freedom, dan sebagainya. Sehingga dalam decision making kita harus
meuniversalkan interest kita dan mempertimbangkan secara sama interest setiap
mahluk hidup.
Daftar
pustaka
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312926-S43171... 1
Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar