Ideologi Dunia Ketiga
Abstrak
Dewasa ini kita telah mengenal bermacam-macam
ideologi, salah satunya adalah ideologi yang sempat dominan atau menguasai
dunia ini, yaitu kapitalisme dan komunisme. Pada kesempatan ini, kami tidak
menjelaskan tentang kedua ideologi itu, melainkan ideologi yang menolak kedua
ideologi tersebut, yaitu ideologi dunia ketiga.
Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang di pakai
oleh negara-negara dunia ketiga, yaitu negara-negara yang tidak condong kepada
blok barat maupun timur, atau disebut juga negara-negara non blok atau di lingkungan akademis
disebut Negara berkembang.
Mereka (Negara-negara
berkembang tersebut) sedang mencoba mencari jalan
ketiga yang bukan kapitalis dan bukan pula komunis. Kapitalisme ditolak karena
para kapitalis adalah penguasa-penguasa kolonial atau telah mendominasi
ekonomi. Komunisme
ditolak karena otoriter dan karena banyak pemimpin dunia ketiga menolak konsep
komunisme yang utama yaitu
perjuangan kelas. Kedua ideologi tersebut ditolak karena Dunia Ketiga tidak
ingin menjadi pion dalam pertarungan Timur-Barat dan karena ingin mengembangkan
ekonomi mereka yang bebas dari kendali luar.
***
Ideologi adalah suatu
konsep yang paling sukar dipahami dalam
ilmu-ilmu sosial secara keseluruhan. Istilah Ideologi diciptakan
oleh filsuf Perancis Antoine Destutt de Tracy (1754-1836). Istilah tersebut untuk menyebut studi tentang asal mula, hakikat, perkembangan
ide-ide manusia (Science of idea).
Ideologi politik adalah
sekumpulan kepercayaan dan pemikiran empiris dan normatif yang relatif koheren
dengan terfokusnya pada masalah-masalah hakikat manusia, proses sejarah dan
pengaturan sosiopolitik.
Di dunia, ada beberapa ideologi besar yang dianut oleh banyak negara. Salah satu ideologi
itu adalah ideologi dunia ketiga. Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang di
pakai oleh negara-negara dunia ketiga, yaitu negara-negara yang tidak condong
kepada blok barat maupun timur, atau disebut juga negara-negara non blok. Pada
umumnya, negara-negara Dunia Ketiga bukanlah negara-negara industri
atau yang maju dari segi teknologi seperti negara-negara OECD,
dan karena itu di lingkungan akademis digunakanlah istilah yang lebih tepat
secara politis, yaitu "negara berkembang".
***
Asal Mula Ideologi
Dunia Ketiga
Sejak perang dunia II, banyak
negara, khususnya
di belahan selatan mendapatkan kemerdekaan mereka dari penguasa kolonial. Selama periode
ini, negara-negara
lainnya yang telah sah merdeka selama bertahun-tahun mulai menunjukkan
kemerdekaan ekonomi dari negara-negara yang telah mendominasi ekonomi mereka,
selagi mencari dan sering juga mencapai pengendalian secara politis dan secara
ekonomi, beberapa pemimpin juga mengusahakan suatu ideologi yang tidak akan
mengidentifikasikan mereka baik dengan Timur ataupun Barat. Hal ini telah
menimbulkan suatu perpisahan antara Utara (negara maju) dengan selatan (negara
berkembang) dalam urusan-urusan dunia di samping perpisahan antara Timur
(komunis) dan Barat (nonkomunis)
Bangsa-bangsa yang baru merdeka ini
dinamakan negara-negara
sedang berkembang atau belakangan ini disebut sebagai dunia ketiga. Mereka sedang mencoba
mencari jalan ketiga yang bukan kapitalis dan bukan pula komunis. Kapitalisme
ditolak karena para kapitalis adalah penguasa-penguasa kolonial atau telah
mendominasi ekonomi. Komunisme
ditolak karena otoriter dan karena banyak pemimpin dunia ketiga menolak konsep
komunisme yang utama yaitu
perjuangan kelas. Kedua ideologi tersebut ditolak karena Dunia Ketiga tidak
ingin menjadi pion dalam pertarungan Timur-Barat dan karena ingin mengembangkan
ekonomi mereka yang bebas dari kendali luar.
Fakta tunggal yang paling penting
mengenai Dunia Ketiga adalah, bahwa mereka menderita kemiskinan yang sangat
menyolok. Kemiskinan dalam bentuk yang hampir tidak dapat di bayangkan oleh masyarakat
Barat.
Julius K. Nyerere
Suatu
ilustrasi yang baik mengenai gagasan yang mendasar dapat dijumpai dalam kata
Shawili yang digunakan oleh Nyerere untuk sosialisme, yaitu ujamaa –
kekeluargaan. Menurut Nyerere “Pondasi” dan tujuan sosialisme Afrika adalah
keluarga luas”.[1]
NONBLOK
Istilah netralisme telah digunakan tahun 1950-an untuk menggambarkan
penolakan Dunia Ketiga terhadap kapitalisme dan komunisme dan untuk
menggambarkan posisi yang diambil oleh Dunia Ketiga terhadap apa yang dinamakan
perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Semenjak itu dunia semakin
rumit, dan istilah nonblok telah menggantikan netralisme.
Bahkan
prinsip yang paling sentral dari ideologi Dunia Ketiga ini yaitu pemisahan dari
konflik Timur dengan Barat semakin ditantang serius. Dewasa ini tidak semua
Negara menyebut diri mereka sebagai nonblok adalah nonpartisipan dalam
pertentangan Timur-Barat. Situasi ekonomi dunia dan memburuknya tingkat
kemiskinan sampai tingkat yang tidak dapat ditolerir, bersama dengan
keberhasilan sejumlah revolusi , baik yang didukung secara aktif oleh Soviet
ataupun yang ditentang secara aktif oleh Amerika Serikat. Berarti bahwa ada
beberapa Negara yang meskipun berusaha mempertahankan posisi nonblok mereka ,
mau tidak mau terpaksa lebih dekat ke blok Timur ketimbang sebelumnya.
Kaum
konservatif Amerika Serikat menyalahkan situasi ini sebagai kombinasi dari
subversi komunis dengan kegagalan Amerika Serikat dalam membantu
pemerintah-pemerintah yang mendukung kebijaksanaan Amerika Serikat. Kaum
liberal mengatakan bahwa permasalahan timbul dari bantuan A.S terhadap diktatur
sayap kanan yang telah mendorong kelompok oposisi mengadakan revolusi dan
militer Uni Soviet. Tetapi tergantung pada kasus, argument ini mempunyai
alasan.
Namun
demikian, bahkan Negara-negara Dunia Ketiga yang paling dekat dengan Timur
ataupun Barat, ingin menghindarkan identifikasi yang lengkap dengan salah satu
blok adikuasa ini. Sebagian besar dunia ketiga berusaha menghindari
identifikasi , meskipun hal itu kurang jelas dibandingkan waktu yang lalu.
Secara
politis dan ekonomis hal itu berarti bahwa Negara-negara dunia ketiga akan
bekerja sama dengan setiap bangsa bila cocok dengan mereka. Alasan kerja sama
ini dapat kita lihat dengan jelas. Di satu pihak, pengalaman kolonial telah
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap banyak Negara. Kedua, persekutuan dengan
salah satu blok membuat mereka menjadi sasaran bagi blok lainnya. Dan ketiga,
mereka memiliki persamaan secara umum, khususnya kemiskinan dan perasaaan
perlunya pembangunan, sehingga mereka tidak merasa senasib dengan bangsa-bangsa
maju. Ini khususnya benar sekarang sehingga tumbuh keprihatinan terhadap
lingkungan di Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Canada berbeda sekali
dengan keinginan Negara-negara berkembang untuk mengembangkan industri mereka
secepat dan semurah mungkin.
Beberapa
dunia ketiga kaya akan bahan baku yang diperlukan oleh ekonomi Negara industri.
Karena telah terbiasa mendapatkan bahan baku yang murah dan tergantung sebagian
besar pada persediaan tenaga yang murah terdapat di Negara dunia ketiga , maka
Negara-negara barat semakin ingin
mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja yang murah tersebut untuk mereka
gunakan. Negara-negara komunis mempunyai kebutuhan yang sama dan berharap mempengaruhi
dunia ketiga. Pada asanya , dunia ketiga tidak akan menjadi arena pertarungan
antara Timur dengan Barat. Inilah alasan lainnya bagi kebijaksanaan nonblok.
Namun demikian hal ini juga menimbulkan masalah bagi Negara-negara Dunia Ketiga
dalam upaya mereka untuk mengembangkan ekonomi mereka dan mengatasi kemisikinan
mereka. Bila mereka berhasil melakukan hal itu, mereka akan menimbulkan
masalah-masalah bagi Negara-negara Barat yang telah sangat tergantung pada
bahan baku dan tenaga kerja murah.
Komunisme di Dunia
Ketiga
Walaupun komunisme belum diterima
oleh negara-negara
berkembang, namun ia sering berfungsi sebagai sebuah model, khususnya bagi
revolusioner-revolusioner Barat. Komunisme
di dunia ketiga mempunyai dampak yang signifikan terhadap revolusioner barat.
Sebagai contoh adalah Ho Chi Minh (1890- 1969) dan Ernesto Chi Guevara
(1929-1967) yang dihormati oleh para revolusioner Barat. Mereka adalah lambang
perjuangan menentang kapitalisme, imperialisme dan neokolonialisme Barat, dan
mereka masih penting dalam arti ini. Di negara-negara lainnya komunisme
diwakili oleh partai politik komunis atau gerakan perjuangan kemerdekaan
nasional.
Konflik di Dunia Ketiga
Di Dunia Ketiga tak
satu pun konflik dewasa ini, sebenarnya kalau di tulis daftarnya tidak akan ada
habisnya. Nikaragua, El Salvador, Namibia, Angola, Maroko, Chad, Libanon,
Iran-Irak, Vietnam-Cina, Zimbabwe, dan daerah konflik lainnya , semuanya
kelihatan tidak lebih mudah dipecahkan daripada di waktu yang lalu. Tampaknya
tak satu pun akan memenangkan perang, atau kalaupun mereka mampu menang, itu
hanyalah untuk sesaaat, dan tak satu pun kelihatannya mampu memcahkan konflik
dalam negeri untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini benar sebagian karena
berbagai pihak secara aktif di dukung oelh Timur maupun Barat. Karena pada
dasarnya tidak ada ideologi yang murni tanpa ada sesuatu yang berdiri di
belakang nama ideologi tersebut. Pemenang atas konflik yang berkepanjangan
adalah sama berbahayanya bagi tatanan dunia. Yang menang ataupun yang kalah
sama-sama rugi dalam konflik Timur-Barat dan dapat meningkatkan
ketegangan-ketegangan di antara negara-negara besar. Konflik itu berbahaya ,
tetapi pengaruh konflik terhadap ketegangan Timur-Barat dapat dipahami. Kalah
atau menang akan mengubah keseimbangan.
Salah satunya faktor baru adalah
meledaknya kembali keretakan yang telah berabad-abad dalam islam. Perang
Iran-Irak adalah perang nasionalisme dan agama. Para muslim Iran menganut
aliran Shiah berperang melawan para muslim Irak yang beraliran Sunni. Sekte
Shiah lebih menekankan ketaatan kepada Al-Qur’an dibandingkan sebagian besar
sekte Sunni. Akibatnya, di Barat , sekte Shiah kadang-kadang dinamakan
fundamentalisme islam. Jadi konflik adalah mangenai sikap terhadap agama,
bangsa, dan dunia modern.
Situasi di dunia ketiga berbahaya.
Suatu tindakan penyeimbang yang sangat cantik sedang dilakukan di berbagai
negara dalam upaya untuk mengatasi keruntuhan ekonomi dan menghindari revolusi.
Konflik Timur-Barat juga sedang diperankan di berbagai negara ini, dan bagi
Utara, hal itu adalah bahaya yang paling besar, suatu situasi yang secara
inheren tidak stabil dibuat lebih eksploitatif oleh keterlibatan pihak luar
dalam ideologi mereka.
Dunia Ketiga
Akhir-Akhir Ini
Bagi dunia ketiga beberapa tahun
terakhir ini adalah masa-masa kelanjutan dan intensifikasi masalah-masalah yang
dijumpai pada dasa warsa sebelumnya. Beberapa negara dunia ketiga yang
mengalami konflik serius banyak mengalami keruntuhan dalam sektor ekonomi.
Gambaran ini memang tidak menyenangkan.
Contoh Ideologi Dunia
Ketiga
Nasionalisme
Nasionalisme
adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah
serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka,
bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara
serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas,
persatuan, kemakmuran, dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang
bersangkutan.
Para
nasionalis
menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik"
(political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Nasionalisme
merupakan salah satu ideologi yang berpengaruh di Eropa pada akhir abad ke-18
sampai dengan awal abad ke-20 dan di Asia-Afrika pada abad ke-20. Dalam kurun
waktu sepanjang dua abad, nasionalisme telah merepresentasikan diri sebagai
ideologi yang berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa (nation-state)
di ketiga belahan dunia tersebut. Dalam kajian-kajian tentang nasionalisme,
titik tolak pembahasan terletak pada bangsa (nation). Berpijak dari
konsep bangsa ini maka nasionalisme dapat dimengerti sebagai sebuah kesadaran
nasional, ideologi politik dan gerakan politik yang mengarahkan suatu bangsa
menuju pembentukan organisasi politik yang ideal yaitu negara-bangsa. Negara
bangsa adalah konsep di mana negara terdiri dari satu bangsa, dan yang disebut
bangsa di sini adalah rakyat yang berdaulat. Jadi konsep bangsa yang digunakan
tidak lagi mengacu pada aspek primordial seperti kesatuan etnis, atau bahasa namun
lebih pada aspek politis..
Pembentukan
negara-bangsa - sebagai tujuan nasionalisme - mensyaratkan adanya pemahaman
tentang bangsa dalam arti modern, yaitu bangsa di mana para anggotanya memiliki
kesadaran bahwa mereka :
1) tinggal dalam
teritori yang sama sehingga menimbulkan rasa memiliki negara yang sama, 2)
memiliki identitas nasional yang terkristalisasi dari sejarah, bahasa dan
budaya yang sama,
3) merupakan
anggota bangsa yang sama.
Ketiga hal ini
merupakan aspek-aspek yang dapat mempersatukan rakyat yang terpisah secara
geografis sekaligus menumbuhkan tanggung jawab politik bersama. Bangsa dalam
arti modern, seperti telah disebut, dicirikan dengan adanya tanggung jawab
politik bersama dari para anggotanya.
Dalam sejarah, pembangunan bangsa sebagai kesatuan politis dilatar
belakangi oleh gagasan kedaulatan rakyat ( merupakan reaksi dari gagasan
kedaulatan raja yang bercorak absolut). Gagasan kedaulatan rakyat inilah yang
kemudian melahirkan sebuah kata kunci yaitu warga negara. Sebagai akibat dari
lahirnya gagasan kedaulatan rakyat maka dalam konteks kenegaraan, negara
dipahami sebagai tatanan politik yang melembagakan kehendak rakyat. Rakyat
adalah subyek hukum, pihak yang memahami diri sebagai pembuat hukum itu
sendiri. Selain itu, dengan adanya kesadaran dari rakyat bahwa mereka adalah
warga negara, maka rakyat (yang juga) sebagai anggota bangsa akan melihat diri
mereka sebagai kesatuan warga negara yang berhak menentukan pemerintahan
sendiri. Jadi, dalam pengertian bangsa yang modern, terdapat hubungan yang erat
antara bangsa, negara dan rakyat sebagai warga Negara. Adapun peran
nasionalisme adalah sebagai ideologi yang mendorong kesadaran rakyat menjadi
kesadaran nasional untuk menuju pembentukan negara-bangsa yang berdaulat. Untuk
memahami nasionalisme di Eropa pada abad ke- 18- 20 dan di Asia - Afrika pada
abad ke-20 maka dapat dijelaskan dari ideologi-ideologi lain yang mengiringi
pemikiran nasionalisme di kawasan-kawasan tersebut. Di Eropa,
Perkembangan
nasionalisme juga diiringi oleh ide-ide kedaulatan rakyat, liberalisme dan
kapitalisme. Terkait dengan liberalisme, dalam paham ini kebebasan individu
dijamin keberadaannya, sebagai akibatnya, tujuan negara dalam masyarakat yang
liberal adalah untuk mempertahankan kebebasan, melindungi harta milik dan mewujudkan
kebahagiaan individu.
Dengan
demikian, ketika nasionalisme, liberalisme dan gagasan kedaulatan rakyat telah
berhasil mentransformasi bangsa-bangsa di negara-negara Eropa (khususnya Eropa
Barat) menjadi bangsa bercorak politis yang terdiri dari kesatuan warga negara,
maka negara-bangsa tak lebih dari sarana untuk melindungi kepentingan-kepentingan
individu-individu warga negara. Dampaknya dalam hubungan antar negara adalah,
yang disebut kepentingan nasional sebenarnya tak lain dari kepentingan
individu-individu atau warga negara, di mana negara berkewajiban untuk
mewujudkannya. Bila
tiap negara berkewajiban mewujudkan kepentingan nasional maka dalam hubungan
internasional akan muncul benturan antar kepentingan nasional.
Nasionalisme
dan liberalisme (dan kemudian diikuti oleh liberalisme dalam bidang ekonomi
yaitu kapitalisme) yang berkembang di Eropa akhirnya mendorong intensitas
konflik internasional yang dipicu oleh persaingan ekonomi disertai persaingan
untuk melakukan ekspansi wilayah guna mendapat sumber bahan mentah. Tiap negara
berlomba membangun imperium dengan memperluas wilayah-wilayah jajahan di
kawasan Asia dan Afrika, sebagai contoh Inggris pada tahun 1870 – 1900
menguasai wilayah jajahan seluas 4.250.000 mil2, Perancis menguasasi 3.500.000
mil2 dan Jerman memiliki jajahan seluas + 1.000.000 mil2.
Nasionalisme
dan kapitalisme di Eropa pada abad ke-18-19 telah melahirkan negara-bangsa yang
kokoh dan dengan kekuatan negara ini pula, suatu bangsa dapat membangun
koloni-koloni dan imperium. Semakin luas wilayah jajahan yang dimiliki maka
semakin makmur suatu negara-bangsa. Sebaliknya, di Asia dan Afrika,
kolonialisme dan imperialisme bangsa-bangsa Eropa (kemudian diikuti Jepang)
telah menyadarkan rakyat pribumi untuk melawan.
Nasionalisme
yang bercorak antikolonialisme dan antiimperialisme merupakan jiwa dari seluruh
gerakan nasional untuk memerdekakan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Hasil
perjuangan tersebut dapat dilihat dari data antara tahun 1945 sampai 1960,
terdapat 55 wilayah jajahan yang merdeka dan membentuk negara-negara berdaulat.
Pada abad ke-21 ini, nasionalisme tidak lagi menjadi isu sentral dalam
masalah-masalah global. Namun demikian masih banyak negara yang harus
menghadapi masalah-masalah kebangsaan yang bertumpu pada upaya persatuan bangsa
(Nation Building) dan permasalahan ini umumnya terjadi di negara-negara
yang terbentuk dari bangsa yang multietnis dan multikultural, sebagai contoh
yang dapat ditampilkan di sini adalah kegagalan Uni Sovyet dan Yugoslavia dalam
mambangun kesatuan bangsa dari keragaman etnis, yang akhirnya berujung pada
pembubaran kedua negara tersebut. Selain itu negara-negara seperti Spanyol
masih harus menghadapi gerakan separatis Basque. Sementara itu, negara-negara
seperti Irak, Sri Lanka dan bahkan Indonesia masih harus terus berjuang menuju
kesatuan bangsa ini.
Hind Swaraj
Hind
Swaraj adalah ideologi yang digagas oleh Mohandas Karamchand Gandhi
(1869-1948).Hind Swaraj terdiri dari beberapa ide dasar yaitu nasionalisme
humanistis, sarvodaya (kesejahteraan sosial), ekonomi khadi serta pemerintahan
yang demokratis.
Nasionalisme
humanistis Gandhi bertumpu pada ajaran ahimsa (prinsip menghormati kehidupan,
dalam arti khusus adalah tidak melakukan tindakan kekerasan apalagi pembunuhan)
dan satyagraha (prinsip kekuatan jiwa, cinta akan kebenaran. Sarvodaya
(kesejahteraan untuk semua). Hind Swaraj juga meliputi ide tentang tatanan
sosial-ekonomi yang ideal yakni kesejahteraan dan kesetaraan sosial bagi bangsa
India. Ide tentang ekonomi khadi merupakan simbol kemandirian ekonomi dari
ketergantungan impor dan simbol kebebasan dari eksploitasi sistem industri
pabrik yang diyakini Gandhi dapat menimbulkan pengangguran di desa-desa. Ide
Ramrajya (negara yang demokratis) dan Gram Swaraj (pemerintahan lokal berbasis
desa), merupakan dua ide Gandhi tentang negara dan kedaulatan negara yang
dicirikan oleh desentralisasi kekuasaan.
Pancasila
Pancasila
merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dikumandangkan pertama kali oleh
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, saat sidang BPUPKI. Sejak pertama kali
dikumandangkan, Pancasila diartikan sebagai ideologi (dalam arti
weltanschauung), yang mencerminkan identitas, kepribadian bangsa sekaligus
merupakan alat pemersatu seluruh bangsa untuk mencapai tujuan perjuangan
kemerdekaan.Pancasila dari akar kata berarti lima dasar, tepatnya adalah dasar
bagi negara Indonesia yang merdeka.
Semenjak
dikumandangkan pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila mengalami beberapakali
perubahan urutan sila maupun kata. Adapun urutan dan kata-kata dalam Pancasila
yang digunakan saat ini adalah seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD’45
yakni 1) Ketuhanan yang Maha Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3)
Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk, Pancasila dapat diterima sebagai ideologi
nasional karena sifatnya yang menyatukan berbagai kelompok masyarakat, memberi
arah dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
menjadi prosedur penyelesaian konflik (Surbakti, 1992, 48).
Selain
ketiga contoh ideologi di atas, masih banyak lagi bentuk-bentuk dari ideologi
dunia ketiga tersebut, yang mayoritas berasal dari tiga kawasan, yaitu afrika,
asia, dan amerika. Terbentuknya ideologi-ideologi
politik di ketiga kawasan tersebut
tidak lain merupakan bentuk reaksi kritis terhadap ideologi
kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga unsur-unsur dalam
ideologi-ideologi bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin ini sarat dengan
ide-ide nasionalisme, antikolonialisme dan sangat menekankan ide keadilan
sosial.
Kesimpulan
:
Ideologi dunia ketiga adalah ideologi yang digunakan
oleh negara-negara berkembang yang baru melepaskan diri dari kolonialisme atau
juga disebut sebagai dunia ketiga. Negara-negara tersebut menolak sebuah
kapitalisme ataupun sebuah komunisme. Mereka mulai mencari sendiri ideologi-ideologi
baru yang akan mereka anut sebagai ideologi mereka kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sargent,
Lyman Tower. Ideologi-Ideologi Politik
Kontemporer, Sebuah Analisis Komparatif. 1987. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Surbakti,
Ramlan. Memahami Ilmu Politik. 2010.
Jakarta: Penerbit PT Grasindo
Nyerere,
Julius K. Ujamaa- Tha Basis of African
Socialism. 1962. New York: Oxford University.
[1] Julius K. Nyerere,
“Ujama- The Basis of African Socialism” (1962), dalam ujamaa- Essays on
socialism (New York: Oxford University Press. 1968). Hlm. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar