Jumat, 07 Februari 2014

Televisi dan Komunikasi Politik

1.1 Sejarah Televisi
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televise itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televise eksperimen ke televisi komersial di Amerika.
Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Skormis[1] dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dangambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
1.2 Perkembangan Televisi di Indonesia
Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.[2] Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55). Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakansebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas (McQuail, 1996: 16).
Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).
Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiunstasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.
1.3 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2004 : 177).
1.4 Program Televisi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2004 : 122). Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :
1.      Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
2.      Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3.      Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :
1.      Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
2.      Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah actual secara lebih mendalam.
3.      Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.
4.      Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
5.      Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.
6.      Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.
7.      Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.
8.      Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.
9.      Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.
10.  Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
1.5 Acara Televisi
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan formatformat umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televise berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang acara kartun yang isinya berkaitan dengan pengetahuan agama Hindu yaitu Film kartun Little Khrisna di MNCTV.
1.6 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alatinformasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :
1.      Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2.      Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.
3.      Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa seharihari.[3]
1.7 Kebutuhan Akan Televisi
Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk menggunakan televisi sebagai kebutuhannya. Diantaranya adalah kebutuhan individual seseorang itu sendiri. Kebutuhan individual seseorang itu sendiri dikategorisasikan sebagai berikut:
1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif)
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.
2. Affective needs (Kebutuhan Afektif)
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.
3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan(Effendy, 2003:294).
Selain itu, alasan kenapa mereka menggunakan televisi dalam kehidupan sehari-harinya memiliki beberapa motif, seperti yang dikemukakan McQuail, Blumler, dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :
1.      Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.
2.      Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan.
3.      Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.
4.      Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356).
1.8 Teori Yang Berkaitan Dengan Tevisi Sebagai Media Massa
1) Teori Peluru
Teori yang dinyatakan oleh Wilbur Schramm pada tahun 19711 ini berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang biasa dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak. Disebut peluru karena seakan-akan komunikasi ditembakkan kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar. Dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori Peluru
Variabel Komunikasi → Variabel Antara → Variabel Efek
Keterangan:
a) Variabel komunikasi, yaitu komunikator atau lembaga yang mengirimkan pesan melalui media.
b) Variabel antara: perhatian, pengertian, dan penerimaan atas apa yang sudah disampaikan oleh media kepada masyarakat.
c) Variabel efek: efek ini meliputi kognitif, afektif dan konatif yang dialami oleh khalayak setelah menerima pesan dari media.
Khalayak tidak menyadari dan tidak bisa menghindari masuknya pesan-pesan yang disampaikan oleh media, sifatnya khalayak sendiri bersifat homogen dan akan bereaksi yang sama terhadap pesan media yang masuk. Oleh sebab itu, teori ini disebut teori peluru karena pesan yang disampaikan diibaratkan peluru yang sasarannya adalah khalayak.
Menurut Werner J. Severin dan James W., Tankard Jr. dalam bukunya Teori Komunikasi menyatakan bahwa khalayak benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan apabila pesan tepat sasaran, maka ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.[4]
Jadi, pesan-pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa mempunyai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan, sehingga apabila pesan itu mengenai sasaran maka ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.
2) Teori S – M – C – R
Teori kedua yang berkaitan dengan televise sebagai media massa adalah teori S – M – C – R. Teori yang dinyatakan oleh seorang ahli komunikasi dari Amerika Serikat yang bernama Berlo. Model komunikasi SMCR Berlo terdiri dari komponen dasar:
S : Source artinya sumber atau komunikator
M : Message artinya pesan
C : Channel artinya saluran atau media
R : Receiver artinya penerima atau komunikan
Proses komunikasi hanya akan terjadi apabila ada empat komponen dasar tersebut di atas. Secara deskriptif dapat dirumuskan terjadinya proses komunikasi sebagai berikut:
Apabila ada sumber (S) membawa pesan (M) disampaikan melalui saluran (C) kepada penerima (R). Deskripsi tersebut dapat diperjelas lagi: proses komunikasi akan terjadi apabila seseorang menyampaikan pesan melalui saluran kepada penerima. Dengan demikian proses komunikasi dapat terjadi apabila empat komponen tersebut terdapat saling hubungan, saling berproses dalam mewujudkan komunikasi yang dikehendaki.[5]




[1] Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. h. 100. 
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses terakhir 22 April 20113.
[3] Op cit, Kuswandi, hal, 99.
[4] Werner J., Severin, James W., Tankerd Jr., Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 146-147.
[5] http://haryoostkip.blogspot.com/2009/01/teori-kom.html  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang..dan terimakasih.. :)