1.1 Sejarah Televisi
Pada
hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari
ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang
mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem
penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat
ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan
pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara
tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Televisi
sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu
ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang
Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televise itu terhenti. Baru
setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu
itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja,
tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat
dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian
karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televise eksperimen ke televisi
komersial di Amerika.
Seperti
halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh
Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu,
negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi
sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Skormis[1]
dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “,
dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan
sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan
dari media dengar dangambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan
pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang
disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara
audio dan terlihat secara visual.
1.2 Perkembangan
Televisi di Indonesia
Bersamaan
dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi
khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi
internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi
di tempat tinggalnya. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar.
Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti
masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi
berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi
disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban
dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi,
teve atau tipi.[2]
Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi
utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi
informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi
kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004 : 55). Inovasi terpenting yang
terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan
langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang
perlu diketahui publik telah direncanakansebelumnya, maka penambahan kadar
aktualitas juga terbatas (McQuail, 1996: 16).
Media
televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca
tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan
masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah
merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Kegiatan penyiaran
televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan
dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di
Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI
dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963
TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. TVRI
yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat
menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat
saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia
yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun
televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia
dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).
Dengan
kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah
mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu
penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun
1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun
transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiunstasiun televisi
swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV,
Metro TV, dan TV One.
1.3 Daya Tarik Televisi
Televisi
mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat
disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain
ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini
bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam
pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop,
sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV
juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik
untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2004 : 177).
1.4 Program Televisi
Pengaruh
televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap
aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara
televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan
bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari
televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa,
sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang
disajikan oleh televisi (Effendy, 2004 : 122). Menurut Frank Jefkins (Jefkins,
2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara,
yaitu :
1. Selain
menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
2. Pembuatan
program televisi lebih mahal dan lama.
3. Karena
menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah
dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan
program acara televisi, terdiri dari :
1. Buletin
berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang
dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
2.
Liputan-liputan khusus yang membahas
tentang berbagai masalah actual secara lebih mendalam.
3.
Program-program acara olahraga, baik
olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak
langsung dari dalam negeri atau luar negeri.
4.
Program acara mengenai topik khusus yang
bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
5.
Acara drama, terdiri dari : sinetron,
sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.
6.
Acara musik, seperti konser musik pop,
rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.
7.
Acara bagi anak-anak, seperti : film
kartun.
8.
Acara keagamaan, seperti : siraman
rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.
9.
Program acara yang membahas tentang ilmu
pengetahuan dan pendidikan.
10. Acara
bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
1.5 Acara Televisi
Acara
televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh
stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita
dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan
format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan formatformat umum
yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show,
dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program
televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan,
drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televise berbentuk berita secara
garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita
mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news"
yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program yang dibahas adalah
tentang program hiburan yang mengusung tentang acara kartun yang isinya berkaitan
dengan pengetahuan agama Hindu yaitu Film kartun Little Khrisna di MNCTV.
1.6 Dampak Acara
Televisi
Media
televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alatinformasi,
hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan
dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa,
maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi
pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi
karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara
televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi
pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan
televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum
tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara
televisi terhadap pemirsa :
1. Dampak
kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara
yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2. Dampak
peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.
3. Dampak
perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa seharihari.[3]
1.7 Kebutuhan Akan
Televisi
Ada
beberapa hal yang mendorong seseorang untuk menggunakan televisi sebagai
kebutuhannya. Diantaranya adalah kebutuhan individual seseorang itu sendiri. Kebutuhan
individual seseorang itu sendiri dikategorisasikan sebagai berikut:
1. Cognitive needs (Kebutuhan
Kognitif)
Adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman
mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan
menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk
penyelidikan.
2. Affective needs (Kebutuhan
Afektif)
Adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis,
menyenangkan dan emosional.
3. Personal
intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif)
Adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan
harga diri.
4. Social
integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)
Adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan
dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Escapist needs (kebutuhan
Pelepasan)
Adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan,
kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan(Effendy, 2003:294).
Selain
itu, alasan kenapa mereka menggunakan televisi dalam kehidupan sehari-harinya
memiliki beberapa motif, seperti yang dikemukakan McQuail, Blumler, dan Brown
(1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori
berikut :
1. Pengalihan
–
pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.
2. Hubungan
Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan;
pengganti media untuk kepentingan perkawanan.
3. Identitas
Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai
atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.
4. Pengawasan
–
informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan
membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356).
1.8
Teori Yang Berkaitan Dengan Tevisi Sebagai Media Massa
1)
Teori Peluru
Teori
yang dinyatakan oleh Wilbur Schramm pada tahun 19711 ini berasumsi bahwa komponen-komponen
komunikasi (komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang biasa dalam
mengubah sikap dan perilaku khalayak. Disebut peluru karena seakan-akan
komunikasi ditembakkan kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar.
Dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori
Peluru
Variabel
Komunikasi → Variabel Antara → Variabel Efek
Keterangan:
a) Variabel komunikasi,
yaitu komunikator atau lembaga yang mengirimkan pesan melalui media.
b) Variabel antara:
perhatian, pengertian, dan penerimaan atas apa yang sudah disampaikan oleh
media kepada masyarakat.
c) Variabel efek: efek
ini meliputi kognitif, afektif dan konatif yang dialami oleh khalayak setelah
menerima pesan dari media.
Khalayak
tidak menyadari dan tidak bisa menghindari masuknya pesan-pesan yang
disampaikan oleh media, sifatnya khalayak sendiri bersifat homogen dan akan
bereaksi yang sama terhadap pesan media yang masuk. Oleh sebab itu, teori ini
disebut teori peluru karena pesan yang disampaikan diibaratkan peluru yang
sasarannya adalah khalayak.
Menurut
Werner J. Severin dan James W., Tankard Jr. dalam bukunya Teori Komunikasi
menyatakan bahwa khalayak benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi
massa. Ia menyebutkan apabila pesan tepat sasaran, maka ia akan mendapatkan
efek yang diinginkan.[4]
Jadi,
pesan-pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa mempunyai
tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan,
sehingga apabila pesan itu mengenai sasaran maka ia akan mendapatkan efek yang
diinginkan.
2) Teori S – M – C – R
Teori
kedua yang berkaitan dengan televise sebagai media massa adalah teori S – M – C
– R. Teori yang dinyatakan oleh seorang ahli komunikasi dari Amerika Serikat
yang bernama Berlo. Model komunikasi SMCR Berlo terdiri dari komponen dasar:
S : Source artinya
sumber atau komunikator
M : Message artinya
pesan
C : Channel artinya
saluran atau media
R : Receiver artinya
penerima atau komunikan
Proses
komunikasi hanya akan terjadi apabila ada empat komponen dasar tersebut di
atas. Secara deskriptif dapat dirumuskan terjadinya proses komunikasi sebagai
berikut:
Apabila
ada sumber (S) membawa pesan (M) disampaikan melalui saluran (C) kepada penerima
(R). Deskripsi tersebut dapat diperjelas lagi: proses komunikasi akan terjadi
apabila seseorang menyampaikan pesan melalui saluran kepada penerima. Dengan
demikian proses komunikasi dapat terjadi apabila empat komponen tersebut
terdapat saling hubungan, saling berproses dalam mewujudkan komunikasi yang
dikehendaki.[5]
[1] Wawan
Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. h. 100.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses
terakhir 22 April 20113.
[3] Op
cit, Kuswandi, hal, 99.
[4] Werner
J., Severin, James W., Tankerd Jr., Teori Komunikasi Massa, (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 146-147.
[5] http://haryoostkip.blogspot.com/2009/01/teori-kom.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar